Setelah seminggu berada di kampung halamannya, Fuji pun
kembali ke daerah tempat apartemennya. Setibanya ia sampai di depan pintu
apartemennya banyak kertas yang berserakan di depan pintu kamarnya. Kertas
kecil yang berisikan catatan-catatan kecil yang ditempelkan di pintu apartemen Fuji.
Fuji tidak terlalu memperdulikan hal itu, karena ia tahu
catatan-catatan kecil itu di berikan oleh siapa yang ditujukan untuk dirinya.
Dan dibalik tembok pagar yang tinggi, bino ternyata
memperhatikan dari jauh kepulangan Fuji ke apartemennya. Mata bino berubah
menjadi sinis dan tanggannya mencengkram dengan eratnya seakan ia ingin sekali
menghancurkan sebongkahan batu yang besar di hadapannya sekarang juga.
Fuji yang agak sirih melihat catatan-catatan kecil yang
memenuhi pintu apartemennya, ia pun menggambil kertas itu dan bermaksud
membuangnya satu persatu namun ada secarik kertas yang ia pegang dengan lama.
Secarik kertas yang mengatakan bahwa seseorang sepertinya memiliki dendam
padanya.
Setelah membersihkan semua kertas itu, tiba-tiba Fuji
mendapatkan panggilan dari pihak kepolisian yang mana untuk memintai Fuji
memenuhi undangan datang ke kantor kepolisian dengan segera.
“pagi pak.., benarkah ini dengan pak Fuji saya berbicara ..?”
“pagi, ia benar saya sendiri. Ini siapa ya..?”
“saya degor dari pihak kepolisian wilayah, tentang beberapa kasus yang
terjadi belakangan ini di daerah gunung kami meminta kesaksian bapak untuk
datang ke kantor kami..!!”
“ke kantor kepolisian?”
“benar bapak, kalau dapat kami ingin bapak segera datang dan turun ke
lantai dasar kami telah berada di apartemen bapak lantai dasar”
“sudah ada di sini ? di lantai dasar..?!!! kalau boleh tau ini tentang
kasus apa pak ..?!?! saya tidk mengerti..”
“bapak bisa segera tururn secara baik-baik, sehingga kami tidak perlu
untuk memaksa bapak keluar apartemen kan..??!”
“baik, baik pak..!! saya segera ke sana..!!”
Fuji pun pergi ke lantai dasar apartemennya dan ternyata
benar semua telah menunggunya di lantai dasar. Tanpa berkata apapun lagi Fuji
langsung memenuhi jemputan tersebut, sebagai saksi dari kasus terbunuhnya mahasiswa
yang bernama Erdi.
“Erdi !!”
Ternyta erdi telah menjadi korban dari beberapa korban
berikut yang telah ditemukan di lereng gunung. Erdi adalah orang yang menambah
jumlah korban dari lereng gunung. Fuji dimintai untuk dijadikan saksi karena
vina terjarit dengan kasus terbunuhnya Erdi.
“apa pembunuhan Erdi..??!”
“apa ? dan kenapa ? Erdi dibunuh..?!”
“dan kenapa vina di sngkut pautkan dengan semua hal itu..”
“mari ikut kami dan kami akan jelaskan semuanya di kantor polisi, mari
pak Fuji..!”
“baiklah”
Setelah sampainya Fuji di kantor kepolisian ia juga
mendapati vina berada ditempat itu sedang menangis terisak-isak. Ia menutupi
wajahnya yang penuh dengan linangan air mata yang mengaliri pipinya itu.
Fuji melihat hal itu langsung menghampiri vina. Bagaimana
pun vina dulu adalah mantan pacarnya, ia sebenarnya masih menaruh hati pada
vina namun kini sudaah mulai memudar setelah vina ternyata menduakan dirinya.
“vina, kamu baik-baik saja..??”
“fu..Fuji.., ! aku bukan pembunuh Erdi, Fuji..!!
“aku tidak tahu apa-apa, Fuji..!! hiks..hiks..”
“Erdi, marah kepada ku dan kemudian aku tidak tau, aku tidak tau..
dia...di..a, hiks.?!! Hiks..?!”
Fuji berusaha untuk menenangkan Vina, namun Vina tetap terisak-isak
dengan badan yang bergetar dan wajah yang pucat.
“Fuji, percayalah padaku.., bukan aku pembunuhnya.., bukan aku..!!”
“tetap tenanglah, Vina. Kita dengarkan terlebih dahulu apa yang
dikatakan pihak kepolisian, ya..!”
Vina hanya menatap dengan penuh harapan kepada Fuji, dan
berharap bahwa Fuji memepercayai dirinya tidak melkukan semua hal itu.
Di balik bayang-bayang, Bino tersenyum kembali dengan
sumbringahnya. Ia perlahan-lahan tersenyum dengan tatapan yang penuh dengan
kemenangan.
“sekarang semua dapat diatasi dengan perlahan, dan pasti akan
menggungkapkan siapa sebenarnya dirimu itu Fuji..!!”
Vina dan Fuji hanya ditanyai satu persatu tentang beberapa
pertanyaan yang berhubungan dengan Erdi. Karena status Vina adalah pacar dari
Erdi, vinapun di panggil. Dan karena beberapa saat yang lalu ternyata Erdi
pernah membuat janji dengan Fuji di sebuah kafe.
“pak Fuji, benarkah anda telah mengenal Erdi..?!”
BERSAMBUNG...
Lereng Gunung lanjutan 4BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan kata yang bijaksana