Para pembaca sekalian moga dalam keadaan sehat ya...
nah, ini adalah karya pertamaku yang ku masukkan moga pembaca suka :)
AIR MATAMU
tetesan air yang terbecik ditanah, dedaunan
bagai kan melody nan indah didengar namun membuat gadis kecil menangis akan
bayangan mengingat saat kejadian dimana merenggut kedua orang tuanya,
kini ia
sendiri berdua dengan sang kakak…, sekarang kebahagian yang telah ia sarakan
kini hilang hanya sepi yang mengarungi hatinya…
Betapa hati gadis kecil yang
baru beranjak umur 8 tahun yang membutuhkan kasih saying sebuah keluarga, namun
skarang harus menjalani hidup dengan usaha sendiri…..
“Hujan….”Sambil
menengadahkan tangannya ke air yang bercucuran diatap,,, wajahnya berubah
seakan dapat dapat merasakan suatu yang dapat membangkitkan dirinya, tak sadar
kakinya melangkah kegenangan air hujan seluruh tubuhnya basah,
namun ia malah merasa
kegirangan dan bernyanyi- nyanyi riang, ia hentakkan kakinya ke genangan iar,
menampungkan air itu ketangannya begitu gembira hatinya seakan terlepas dari
jeruji yang memenjarakan dirinya…
Waktu berselang seorang anak
laki-laki datang menghampiri dirinya, menarik lengan tangan si gadis keteras
dan memberikan sehelai handuk “Ini… dias, cepat pakailah handuk ini ya… nanti
kamu sakit lhoh..” sambil mengulurkan handuk.
Dias adalah nama gadis kecil
itu.. dias hanya tersipu malu, lalu karna hujan semakin deras dias menarik
kembali lengan tangan randa dan mengajak untuk ikut bergabung..
”Kak randa…ayo kita main hujan…...hujan…….”
“dias nanti kamu bisa sakit..”
“ngak..! hujan …hujan… HUJAN TERIMAKASIH YA…”
“Dias kamu bilang apa ayo kita keteras, dias..!?”
Tiba-tiba hentakan kaki dias
terhenti raut wajahnya kini berubah muram kembali…perlahan
dias kembali keteras, wajah yang riang surut entah kemana, menutup matanya yang
sipit tangan yang tadinya kuat kini terkulai lemas, randa yang melihat terheran
karnanya dengan refleknya tangan randa memegangi tubuh kecil dias yang terkulai lemas tak dapat menahan
tubuhnya lagi .
Perlahan kesadaran dias
hilang, pandangan menjadi gelap dan samar-samar , suara randa yang memanggil
nya perlahan-lahan menghilang…
Air hujan tetap turun dengan
derasnya, menambah suasananya menjadi sangat meneganggangkan..
“ Dias… dias….”
Suara seseorang yang lembut
mengiang-ngiang ditelingannya, mata yang layu ia coba untuk perlahan lahan dias
membuka kedua matanya…, walau samar-samar ia dapat melihat,
“Pelan-pelan saja ya…”
Suara lembut itu lagi, dias
membuka matanya dengan perlahan –lahan dan dapat melihat leluasa kembali.
Lampu yang ada diatap membuat
silau matanya, ia menadahkan kesamping ada randa
“ooh ia, dias main hujan (dalam hati dias),
“ Dias…., dias dah bangun ya..” dengan menebar senyum dias berkata “
iya..”
“kalau gitu dias harus banyak istirahat ya..”
“iya..” dias memandang randa
“ada apa dias..?”
“ maaf, terimakasi..”.( tersenyum)
*********
Hari berikutnya. Dias sudah ada dirumahnya dias hanya menatap kearah
jendela yang ada sisampingnya saja.. tanpa henti-henti menatap seharian randa
dating dengan sepiring bubur dan segelas
air ditangan nya, ia kasihan melihat dias yang terpaku diam menatap
jendela seharian,
Meletakkan piring dan segelas
diatas meja yang ada disamping jendela,,
“Dias…, makan dulu ya..”
Dias menggelenmgkan kepalanya saja, dan terus menatap jendela.
“Dias…., makan ya.., biar dias ada tenaga nanti kita bias main sama-sama
lagi,,”( randa membujuk dias)
Namun matanya dias tiba-tiba berbionar-binar dan meneteskan iar mata
yang memnasahi pipinya, randapun bertanya,,
“Ada apa dias..??, kenapa dias diam saja ? kenapa dias menanggis?”, randa
menolehkan wajah dias kearahnya, dan diaspun menutup wajahnya itu dengan tangan
yang pucat menggigil,,,
“Dias..!” teriak randa
“IBU… IBU… IBU….”
Dias menanggis meraung-raung sambil berlari ke halaman rumahnya randa
bergegas mengikuti adiknya itu.
“DIAS… DIAS..!!”
Randa berhasil menyusul adiknya, dan menangkap tubuh kecil dias , lalu
randa memeluknya dengan penuh kasih saying, untuk dapat menenangkan hati
adiknya tersayang itu,,
Gelappun datang bintangpun bertaburan dilangit, dan
bulan tersenyum kepada mereka berdua, suasana haru menyelimuti malam itu,,,
dias yang lelah tertidur lelap dipangkuan randa, sungguh hari yang melelahkan…
*********
“Klik..”
“Pintu sudah dikunci, dias ayo..”
Randa ingin sekali dias dapat
bermain dan bergembira lagi, maka iapun memutuskan untuk membawa dias pergi
dari rumah yang mereka tempati sekarang ini,,
Agar dias dapat melupakan dan
menjadi lebih baik dari sebelumnya, namun hal itu menambah dias menjadi parah
lagi,, dalam perjalanan menuju rumah yang baru dias meraung-raung kencang,,,
meronta-ronta sampai randa kerepotan akibat adiknya itu,,, ia binggung apapun
yang ia lakukan tidak dad berhasil untuk adiknya,,
maka untuk terakhir kalinya
randa memutuskan untuk menitipkan dias dirumah adik ayahnya, tante sarah… dan
randa akan pergi untuk mencari biaya untuk dias because, uang pun sudah
menipis.
“Assalamualaikum…”
“Waalaikumusalam, randa ayo
masuk-masuk..”
Tante sarah menerima mereka dengan baik, dan setelah berbicara tante
sarahpun mengerti dan akan menjaga dias dengan baik seperti anaknya sendiri,,,
lagi pula ka nada Irma anak tante sarah yang setahun dari umur dias yang dapat
menjadi teman bermain dias,,
Tante sarah seorang janda
beranak satu, suaminya telah meninggal dunia karna kecelakaan lalulintas.
Dias hanya duduk diam
mendengarkan kesua orang dewasaitu berbincang,,tiba-tiba tante sarah memandangi
dias dan mengelus elus kepala sang anak,,,
“Baiklah tante , randa pergi dulu ya.. randa titip dias…”
“Ia hati-hati ya randa..”sambil tersenyum
Randa memandang dias dan
berkata..
“ dias, abang mau pergi,,, dias tinggal disini ya.. sama tante sarah dan
juga Irma ya..”
“Hmm.. abang mau kemana..? dias ikut..”
“Dias akan pergi mencari rezeki untuk dias, jagi satu tahun sekali abang
akan pulang untuk menemui dias, karna itu dias baik-baik ya disini..”
“DIAS MAU IKUT, DIAS MAU IKUT…!?”
Dengan menarik-narik lengan baju randa,” dias, bang randa sayang sama
dias.. abang sudah tak tau mau bagaimana lagi, walau kita jauh dias masih bias
telpon bang randa kan..?, jadi baik-baik ya..”
Denagn terisak –isak” abang cepat pulang ya…”
“oh ya.. tante ini ada uang untuk jajan dias ya tante”( randa
menyodorkan sejumlah uang kepada tante)
“ tapi ongkos kamu randa..?”
“tenang te.. ada kok ya..”(terseyum)
Randa pun pamit dan pergi, ia
akan kembali sekali dalam setahun untuk melihat adiknya itu,,,
*********
Namun semua itu hanya membuat dias semakin kesepian,, entah apa yang
sedang di rasakan dias didalam hatinya itu,,
Tante sarah memperlihatkan
kamar untuk dias, bersama-sama dengan Irma anak dari tante sarah dan ardi
suaminya yang sedang ada di luar kota.
Dias pun masuk kedalam kamar
meletakkan barang bawaan nya,, l;alu berjalan kearah jendala yang menghadap
kearah jalan,,
“Assalamualaikum,, Irma pulang bu….”, Irma pun masuk kedalam rumahnya
habis bermain dengan teman-temannya… ia tak melihat ibunya, irmapun memasuki
kamarnya..
Betapa kagetnya Irma siapa
yang ditemuinya di kamar.. dias yang berdiri terpaku melihat keluar jendela,
perlahan Irma mendekati dias yang hanya terdiam saja dari tadi..
“Dias…?” suara Irma dengan nada rendah,, dias tak menolehkan wajahnya
kearah Irma yang sedang menyapa dirinya itu,,
Irma pun memanggil nama dias
untuk yang kedua kalinya, “Dias..?” tak ada sahutan sama sekali Irma pun
menolehkan wajahnya kearah dias,,
“Hai.. apa kabarmu?? Kapan tiba…?”
“Dias…!?”
“Hmm…” dias mulai menoleh kearah Irma..
“Hai…., “ hanya kata itu yang terdengar, setelah itu dias diam lalu
melangkah kan kaki nya ke tempat tidur dan perlahan membaringkan tubuhnya itu…
Tak terasa waktu berlalu
senja kinipun datang dengan sendirinya,, tante sarah sedang mempersiapkan makan
malam,,,
Kumandang azan pun berbunyi,,, tante sarah memanggil Irma dan dias untuk
sembahyang…
Namun tetap saja dias hanya termenung dan diam tanpa ekspresi,,,
Tante sarahpun shalat dengan
Irma, dias melihatnya saja dengan penuh perhatian seakan-akan terbanyang akan
dirinya dan ibunya saat masih bersama dahulunya,,
Mata dias melihatnya dengan
penuh tatap… namun yang dilihat bukanlah ibunya melain kan tante sarah…
lagi-lagi dias meneteskan iar matanya….
Selesai shalat dan selesai makan,, Irma menggikuti dias yang pergi
menuju kamar,,,
“ Hai,, dias.. kenapa sih kamu seperti ini...?, dulu kamu adalah anak
yang ceria kita sering bermain bersama-sama.. hmm.. gi mana kalau besok kita
main..ya..?”
“Dias..?”, ya besok kita main kamu jangan sedih, kalau kamu sedih pasti
mama dan ayahmu sedih juga kan melihat dirimu seperti ini jadi besok kita main
ya..?”
Dengan nada tinggi tiba-tiba dias berteriak “KAMU TAU APA!”
Mendengar nada dias tiba-tiba
membentak dan marah, Irma pun meninggalkan dias untuk sendiri. “dias kanapa
kamu menjadi seperti ini ??” pikir Irma dalam hatinya kenapa dias berubah ini
bukan dias yang sebelumnya ia kenal,
Irma tidak tau apa yang ingin ia lakukan
agar dias kembali seperti dulu walau pun ia harus mendengar cerewet dias yang
selalu membuat rebut,,,
Sungguh Irma tidak mengerti, pamtas saja kakaknya sendiri sudah
kewalahan melihat tingkahnya seperti itu,,
Keesokan harinya, Irma dan
ibunya diam-diam mengintip dias yang ada di kamarnya,, saat itu kamar dias
penuh dengan lukisan sketsa wajah sang bundanya yang ia rindukan selama ini,
sulit bagi dias untuk membenarkan kepergian kedua orang tuanya,, Namun Irma
juga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh dias…
Semakin lama dias semakin
menjengkelkan sekali ulahnya sungguh kelewatan,, dan pada suatu saat tibe-tibe
ia jatuh sakit dengan segera kak randapun datang dan membawa sang adik kerumah
sakit…
Dias sudah tak sadarkan
dirinya,, dalam perjalanan kerumah sakit dias selalu memanggil ibu dan
ayahnya,, “ ibuuu….ayahh..”
lalu memeteskan ai matanya lagi, sungguh keadaan
itu membuat kak randa gelisah dan tak tau apa yang akan terjadi,,
“Diass,,, sayang kakak…
jangan seperti ini ya sayang..”, kata randa dengan lemah lembutnya ia pun
menggenggam tangan sang adiknya itu.
“Kakak dias kangen mama sama ayah,,”, “Dias ingin bertemu dengan mereka
kak randa..!”,
“dias..
sayang kak randa, ibu dan ayah udah meninggal saying… dias ikhlaskan ya…”
“kak..dias
kangen..”
Randa
hanya dapat mengenggam tangan adiknya itu, betapa ia sedih melihat adiknya amat
rindu,namun apalah daya.. orang tua merka telah tiada.
Beberapa
bulan kemudian, dias sudah dapat ikhlas dan menerima orang tuanya telah tiada. Kini
dias sudah mau bersekolah sudah tersenyum kembali dengan manisnya..
Randa sungguhlah bahagia, melihat adik
kecilnya sudah kembali menemukan senyumannya kembali dengan harapan baru randa
dan dias menjalani hidup baru yang akan penuh senyuman dan tawa.
#Jadi
tersenyumlah
KERETA API
Ku terdiam dalam benakku bertanya dimana aku
sekarang berada, yang ku lihat hanya lah orang yang lalu lalang dan melihatku
dengan heran. Suara yang amat keras terdengar dari kejauhan ebuah kereta api
bertenaga uap datang, orang yang lalu lalang itupun pergi satu persatu
meninggalkan ku yang jatuh terduduk ditanah, seorang pemuda menolong dan membimbingku ke sebuah tempat
duduk sambil bertanya
“mbak tidak apa-apa ?” tanyanya padaku
Aku Cuma dapat menggelengkan kepalaku dan
berkata “ terimakasih”,
Lalu ia bertanya lagi “ mbak sedang menunggu
seseorang ?”
“ia…”
“klau begitu hati-hati ya mbak ramai-ramai
seperti in ada pencopet”
“ia.. terimakasih”
Pemuda itupun pergi. “tuuut…tuut…” suara
kereta yang menendakan ia akan berangkat kembali.
Badanku sempoyongan, mungkin karna sebelumnya belum sempat untuk makan
karna mengejarkereta adik ku akan tiba,, karna di buan ini bulan libur sekolah
ia pun pulang.
Selagi menunggu adikku, aku meihat penjual roti akupun mengambil beberapa
bungkus roti dan memakan nya dengan lahap, hingga perutku pun kenyang, aku pun
bermaksud untuk membayarnya dan bertanya
“berapa semuanya mbak ?”
“sama air, Rp.6000,- saja.” Ku masukkan
tangan kananku kedalam tas, meraba-raba dompet,”loh..mana kok ngak ada ?”
Disaku celana juga ngak ada atau aku
menjatuhkannya atau jangan-jangan…”
“dompetku di curi oleh lelaki tadi…” pikir burukku.
“mana mbak uangnya?”
“aduh dompet saya sepertinya hilang ada yang nyuri tadi mbak…?”
“terus gimana dong dagangan saya..???, mbak
udah memakanna lhoh..”kata penjual kesal.
“ini dompetnya mbak..” tiba-tiba datang dari
samping dan menyodorkan dompetku..
“wah..ini dompet saya kamu mencurinya ya..?!”
“maaf mbak kalau saya yang nyuri ngapain saya
repot-repot menggembalikan nya kembali..”
“ia benar juga..!”
“ tadi terjatuh, saya melihatnya.. saya
panggil mbak ngak dengar..!”jelas pemuda itu.
“aaa.. maafkan saya terimakasihya..”
“ia.. sama-sama, mbak”
Aku pun mengeluarkan uang Rp.6.000,- dan
memberikannya pada penjual roti.
Beberapa menit kemudian, suara yang kukenal
terdengar di telingga ku
“KAKAK….!!!”
Ku melihat kearah asal suara itu, ya.. itu
adikku tersayang yang kutunggu tunggu, dan pemuda yang mengembalikan dompetku
itu sudah pergi menghilang.
Aku pun pulang bersama adikku, beberapa menit
dalam perjalanan akhirnya sampai deh..
*************
Mentari
menampakkan ajahnya kembali, ayampun berkokok membangunkan orang dari tidurnya
seiring dengan azan mesjid dekat rumahku, sungguh besar nikmat anugrah yang
maha mencipkatan.
Hari-haripun dimulai kembali namun ada kabar duka yang dapat
saat membuka pesan singkat di handphone ku tetulis nama salah seorang teman
sekelasku saat di sma yang memberi kabar bahwa salah seorang ayah dari teman ku
sma, meninggal dunia.
Aku pun mulai menggetikkan huruf-huruf yang menjadi
rangkaian kata bahwa aku juga ikut berduka atas kejadian itu.
Pesan singkat lain datang dari teman dekatku
namun bukan sahabat, bahwa ia juga ingin menggunjungi teman yang kemalangan. Kami
pun berdua membuat janji untuk berkunjung kerumahnya, dan mencoba untuk
menghiburnya agar ia tidak merasa sedih lagi.
Dalam
perjalanan pulang kami melintasi stasiun kereta api. Stasiun itu adalah jantung
transportasi di dekat rumahku, ada juga yang lain namun jauh dari rumah, bila
ingin kekota harus menggunakan kereta api.
Setelah sampai dirumah handphone ku tiba-tiba
berdering dengan sigapnya ku angkat “ia..”, telpon itu dari pimpinan tempatku
bekerja, dan ia mengatakan bahwa diriku dipindahkan kerja kekota, berat rasanya
untuk pergi namun ada rasa yang mendukung.
Dengan restu dan izin dari orang tua yang
mengerti dan mendukung kupun melangkah pergi dengan membawa barang-barangku,
namun tak perlu kawatir sekali seminggu aku akan pulang untuk mereka. Adikku datang
malah aku yang akan pergi kataku dalam hati. Walau berat rasanya kalau mereka
bahagia tak apa.
Pukul
08:06 wib, keretaku belum juga tiba seharusnya ia sudah ada pukul 08:00 wib
tepat, semua penumpang sudah tampak gelisah diwajah mereka karna kereta yang
ditunggu belum jga tiba. Para penjual makanan semakin keras berteriak
menjajakan makanannya, terasa kering tenggorokan ku ini menunggu kereta tiba.
Kuputuskan membeli sebotol minuman dingin,
suara orang yang resah menunggu kereta sungguh memekak kan telingga, ku sumbat
telinggaku dengan kain jilbab yang kukenakan “lumayan enak jadinya..”
Kususuri satu persatu orang-orang yang banyak
itu demi mendpatkan sebotol air dingin,” hu…. Nikmat sekali rasanya air ini “
lalu membayar air ini.
Ku
lihat jam besar yang ada di dinding stasiun yang sudah berada disana sebelum ku
lahir masih terlihat bagus dan indahnya, waktu menunjukkanpukul 08:14 wib “wah..terlambat
betul nih kereta....”
Kata seorang wanita yanga da disampingku yang
mencoba mengajakku untuk berbicara, mungkin ntuk menghlangkan suntuknya,
“saya kesini lagi nungguin anak saya.. karna
hari liburan sekolah..!”
“ia buk..klau saya mau pergi ke kota..”
“ibuk kesini sendirian.??”
“ia.saya tinggal dengan suami saya dan anak
saya sekolah di kota, suami saya lagi kerja membajak sawah jadi saya yang
jemput habis memasak tadi..”
“jam segini ibuk sudah selesai masak, cepat
ibuk masaknya ??”
“klau..tidak begitu, saat anak saya sampai
dirumah dia malah kelaparan p-ula karna saya belum masakin..”
“Ooo..ia ya buk..”
Kulihat
dari ibuk ini, ia sepertinya amat merindukan anaknya, dalam sekali ia berkata
matanya berkaca-kaca mengkin saat anaknya turun dari kereta ia kan langsung memeluk
anaknya itu.
Kupandangi jalur rel kereta datang, namun
belum kulihat juga rangkaian besi tua itu, memang sudah tua entah berapa
umurnya, namun besi tua itu lah yang kami tunggu-tunggu.
Ibu yang disampingku
terus saja bercerita tentang anaknya itu dan sesekali membicarakan tingkah laku
suaminya yang belakangan ini mulai sakit-sakitan.
Aku hanya bisa
menganggukan kepala saja dan sesekali berkata iya, para penumpang yang sudah
membeli tiket atau pun yang ingin menjemput seseorang atau keluarganya semakin
resah dengan keterlambatan kereta yang begitu lama, ku pun menoleh kembali
kearah jam besar di dinding tembok stasiun yang menunjukkan waktu sudah pukul
08:43 wib
“wah..ini sungguh keterlambatan yang sangat
mengherankan sekali, biasanya hanya terlambar lima menit saja namun ini sudah
empat puluh tiga menit” kataku dalam hati.
“jangan-jangan ada keceakaan..” kataku tanpa
sadar
“kecelakaan dek..?”Tanya wanita disampingku
“ehee..blum tau juga buk, itu Cuma prasangka
saya saja, mudahan aja tidak..”
Namun wanita yang disampingku tampak cemas, “
tenng ya buk itu Cuma prasangka buruk saya saja dan…..”
Belum selesai aku melanjutkan perkataan ku,
kabar buruk itu benar-benar terjadi, petugas stasiun kereta member kabar
informasi melalui mikrofon bahwa kecelakaan dipertenggahan antara stasiun
tempatku berada dan kota, rel kereta api putus karna beberapa buah dari baut
rel telah hilang…
Seraya
wanita disampingku ini berteriak memanggil anaknya “ ANAKKU…!”
Aku mencoba untuk menenangkan dirinya,
mendengar informasi yang diberikan seluruh orang yang sedang menunggu keluarga
atau pun kenalan nya berterikan dan panik semua..“papa..papaku dikereta..!!!”
“haaaaa…!!”, “keretanya kecelakaan..keretanya
kecelakaan..!!”
Aku berusaha untuk menenangkan wanita yang
sampingku ini, “buk.. sudah buk..!”
“anakku ada di kereta…!”
“mungkin anak ibuk ngak jadi naik..”
“ngak.. kemarin katanya akan berangkat hari
ini dengan kereta itu..!!”
Kuberusaha terus untk tetap menenangkan wanita
ini, namun ia tidak berhentinya histeris memanggil nama anaknya..” ADAM…adam
anakku..!!”
Aku tidak tau lagi apa yang akan kulakuakan,
tiba-tiba petugas stasiun memberi tahukan penggumuman bahwa sudah ada 38 orang
yang dievakuasi dalam kecelakaan dan selebihnya belum dapat diketahui , tim
penyelamat sedang berusaha untuk mengevakuasi seluruh penumpang kereta.
Mendengar penggumuman itu, aku menggajak
wanita itu untuk mendengarkan daftar nama penumpang yang uda dievakuasi, namun
nama adam anak dari wanita ini belum ada. Ia bertambah panik karnanya ku juga
ikutan panik.
“
coba dihubungi saja.. mana tau ia tidak jadi berangkat hari ini” suara seorang
pemuda dari belakangku..
“iya.. buk ada nomor anak ibuk yang dapat
dihubungi..”
“ha.. iya..iaya ada..”
Wanita itupun dengan wajah penuh harapn
mencari nomor telepon anaknya yang ia tulis diselembaran kertas, “ nah ini dia
dek..”
Akupun mencoba untuk menghubunginya.., namun
tidak masuk dan ku coba untuk yang dua kalinya.. “tuuut..tuuut…”
“ wah ini masuk bu..” “hallo ini siapa ?”
“ini adam, maaf ini siapa ya..?”
“benar ini adam..?”
“ia, ini siapa ya..?”
segeraku berikan handphoneku kepada
wanita, ibu adam yang kuhubungi ini..
“betapa gembiranya ia mendengar suara anaknya
itu, “maaf buk, adam sama sekali belu kasi kabar! Adam kesiangan jadi ditunda
nanti siang baru kesana buk..!, ibuk pasti capek nunggu adan di stasiun ya..
maaf ya buk…”
“tidak malah ibuk bersyukur.. kereta apinya
kecelakaan pagi inij rel keretanya putus, untung lah kamu tidak ada
didalamnya..”
Melihat
wanita itu senangahatikupun bahagia melihatnya, betapa bersyukurnya abuk itu
anaknya tidak apa-apa, “syukurlah anak ibu itu tidak jadi berangkat “ kata
pemuda yang ada dibelakangku, aku menoleh kebelakang..
“hei.. kamu..!, yang kemarinkan “ “ia.. “, “
terimakasi atas saranmu, aku sempat kebingungan juga..”,” ya.. sama-sama..”
Bersyukur sekali wanita ini, karna hanya sedikit orang yang beruntung
wanita ini, masih banyak orang yang histeris memanggil-manggil nama keluarga
ataupun kenalannya.
Akupun pulang karna kereta yang ingin kutumpangi kecelakaan
ada rasa bahagia dalam hati karna aku ngak jadi pergi kekota dan dapat tetap
dirumahku berkumpul bersama keluarga dan juga ada rasa yang amat sedih karna
ikut merasakan kesedihan orang-orang yang jadi korban.
Aku pun pulang bersama wanita yang kini sudah
lega anaknya tidak apa-apa dan pemuda yang membantuku dan memberiku saran yang
bagus, namun sepertinya ia mengenaliku…??