lanjutan cerita “lereng Gunung” ada disini selamat
membaca J
LERENG GUNUNG
Lanjutan
6
Kiki sedang asik memeriksa satu demi satu map yang
berisikan kasus-kasus dari kejahatan kriminal yang ada di rak-rakperpustakaan
kantor pengacara nya.
“huh,
Pil. Benar-benar pelit sekali. Aku selalu di tugaskan di bagian perpustakaan
ini. tidak sekali pun sejak aku di terima di kantor ini aku dapat kasus yang
benar-benar tindakan kejahatan kriminal seperti yang ada di daftar kasus ini.
semua yang jadi klein ku hanya tentang kasus perceraian saja, sampai –sampai
aku jadi bosan dengan yang namanya perceraian ini.. huh..?!”
“kapan
sih Pill..?? aku dapat kasus kriminal seperti kasus di lereng gunung ini
contohnya ??!”
“he..??!
apa ini ?!”
Kiki terkejut dengan judul sebuah kasus yang baru ia
lihat..
“kasus
lereng gunung ??”
Kiki pun membacanya dengan teliti setiap laporan
yang dIberitakan dalam laporan tersebut. Dan pelaku kejahatanpun dituntut
penjara.
“kasus
ini, sepertinya dulu paman ku pernah disibuk kan oleh sebuah kasus yang banyak
membicarakan tentang gunung, ohhh.. tunggu dulu?? Hah, benar pengacaranya dulu
adalah paman. Nama paman ada didalam laporan ini”
“ini
adalah kasus 18 tahun yang lalu, dan paman jadi pengacara tersangka. Namun
paman gagal dan tersangka di jatuhi hukuman 18 tahun, dan ohhhh...!! hari ini
adalah masa terakhir hukumannya jadi besok terdakwa di bebaskan..!!”
“aku
jadi penasaran terdakwa ini seperti apa, dan setelah keluar apa yang akan
dilakukannya yah.., paman sampai tidak bisa memecahkan kasusnya seperti
ini...??! kenapa aku jadi tertarik dengan kasus yang ada di berkas ini ya..,
seolah-olah kasus ini belum lengkap dan ceritanya belum terselesaikan
begini..??!”
“hmmm,,
aku akan tunjukkan ini semua kepada Pil..??!!”
Kikipun berlari meninggalkan tumpukan berkas kasus
yang lainnya dan berlari membawa kasus tentang lereng gunung tersebut ke
ruangan bos nya.
“Pil......!!”
“ya
ampun..?! sudah ku katakan kalau di sini panggil aku dengan sebutan bos, Kiki..!!”
“apa
salahnya sih, aku kan hanya sendiri yang berada di ruanganmu, apa salahnya, Pil..!!
lagian kamukan Cuma tua satu bulan dariku. Jadinya ngak apa lah..?!!”
“ya,
kita hanya beda satu bulan aku tetap lah bos nya disini, jadi..”
“ayolah,,,
kamu ini gimana sih..!! aku sudah terbiasa memanggilmu begitu, lagian paman Bian
dari dulu menyuruhku mengatakannya ya kan..?!”
“kmu
selalu saja membawa-bawa nama ayah ku..!!”
“ngak
apa kan, paman Bian kan teman dari ayahku, jadi kita sudah seperti
saudarakan..??!”
“ya,
terserah apa katamu sajalah, Kiki ku sayang..!!”
“ih..ih..,
apaan sih pakai kata sayang-sayangan,,, heee..”
“kenapa,
ayahku yang menyuruhku mengatakan itu padaku. Aku harus memanggilmu begitu,,”
“kenapa
harus begitu...??”
“mana
ku tahu..??, tanyain aja pada ayahku sana..??”
“huh,
dasar kamu.. heh Pil,..??!”
“hah,
jadi ada apa ??”
“nih,
aku lagi meriksa berkas kasus dan aku jumpai ini kasus loh.., tentang kasus
lereng gunung yang saat waktu kita kecil paman dan ayahku sibuk ngomongin nih
kasus kan..??!”
“mana
coba lihat..?! seperti nya begitu . lalu kenapa dengan kasus itu ??”
“besok
adalah hari kebebasan dari nih terdakwa, aku mau melihat dan menyambut ia
keluar dari penjara. Terus sepertinya kasus ini belum berakhir deh.., entah
kenapa aku merasa masih belum lengkap nih laporan dan ada yang masih membuatku
penasaran, di bagian ini nih..!!”
“Kiki,
sudah lah. Kasus nya sudah selesai kok dan terdakwa sudah dijatuhi hukuman
kenapa kamu mau membahasnya lagi sih..?!”
“bukannya
gitu, sepetinya terdakwa disini tidak bersalah dan tidak ia yang melakukan
semua hal itu..”
“namun
ia sudah merasakan hukumannya sekarang, dan ia menjalani. Semua bukti saat itu
mengarah kepadanya dan dia tidak dapat mengelak lagi loh, Kiki..??”
“tapi,
Pil.. aku merasa bahwa..”
“Kiki,
sudah lah. Kalau ada kasus yang dapat
kamu tanggani pasti nanti akan ku berikan padamu, jadi sekarang bersabar aja
dulu ya...”
‘apa
sih maksudmu, aku bukannya...”
“Kiki,
aku masih banyak pekerjaan lain... jadi ?”
“baik-baik,
aku akan pergi ketempat lain dan besok aku pasti akan menyambut kebebasan
terdakwa !!”
“apa
...!!?”
Keesokan harinya, Kiki benar-benar menjadi orang
yang menyambut kebebasan dari terdakwa Bino. Bino kini telah menjadi laki-laki
tua yang akan hidup sendirian.
Bino kembali untuk pertama kalinya ke rumah lamanya
yang tidak pernah ia tinggali selama 18 tahun masa tahanannya. Tempat Bino
tinggal adalah apartemen lima lantai, namun karenatempat itu disewakan otomatis
kepemilikan sekarang bukanlah milik Bino. Sekarang ia tidak memiliki tempat
tinggal lagi. Dan kejauhan kiki melihatnya.
“jadi
dia Bino yang jadi terdakwa dalam kasusu lereng gunung itu, aku ngak nyangka ia
yang membunuh orang-orang yang ada di dekat lereng gunung kemudian membunuh
kekasihnya dan pacar dari wanita yang ia cintai”
“kanapa
ia bisa melakukan hal itu ya.., aku akan bertanya langsung kepadanya saja..”
“permisi...,
pak ?!”
Bino menoleh ke belakang dan kemudian
memperlihatakan wajah yang lesu dan tak punya tatapan kehidupan lagi.
“ada
apa..?”
“apa
kah anda pak Bino ?? apa bapak tidak punya tempat tinggal setelah bebas dari
penjara ??”
“hah,
apa ??! siapa kamu..??”
“maaf
kan saya pak, saya bukannya ingin mencampuri urusan bapak, ataupun menuduh
bapak. Tapi apakah bapak mau bercerita dengan saya...”
“heh..??
apa?”
Dengan terang-terangan kiki berkata, ia akan
menampung Bino untuk tinggal di rumahnya dengan syarat Bino harus menceritakan
yang sesungguhnya tentag kasus yang ia lakukan.
Satu minggu setelahnya,..
“kiki..!!
kamu terlambat lagi...!!”
“tolong
aku kiki..? sekarang apa alasanmu..?”
“aku
menolong kakek-kakek untuk menyebrang jalan yang ramai sekali pagi ini...??”
“apa
alasan itu lagi..?? itu alasan yang sama kamu buat minggu lalu..”
“apa
! beda ya.., minggu lalu yang ku tolong itu nenek-nenek dan minggu ini adalah
kakek-kakek. Mereka beda jenis kelamin tau..??!”
“haaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh...??,
aku pusing ngomong sama kamu, ki..!!”
“kalau
kamu pusing ya, ngak usah ngomong..”
“kiki...,,
kiki sayangku besok kamu terlambat aja saja kalau begitu dan jangan pernah
datang lebih awal ya...”
“hih..,
kamu ngomongnya pakai sayang ogah lah aku..?!”
“sayang
! besok kamu telat ngak apa kok, kamu ngak akan aku kasih kasus yang baru aja
masuk ke kantor pengacara kita ini. aku akan kasih kasus ini ke pak yuli
aja..., hehehehe..?”
“apa,
ada kasus..??! aku mau..”
“ngak
akan..!!”
“tapi
aku udah menantikannya, pil !!”
“karena
keterlambatanmu ini.., ngak mungkin aku kasih kasus ke kamu, aku akan kasih ke
pak yuli.. dan titik, mutlak..!!”
“jangan
kasih ke pak yuli, ke aku aja...!!!”
Brrrrrr.....brrrrrrrrrrrrrrrr....
“he..,
ada sms ?! dari pak Bino..!”
“pak
Bino ?? siapa tuh.. klien ?”
“ngapa
kamu nanyain hah, pak Bino tunangan aku weeee....!”
“TU-TUNANGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN...!!”
“becanda
kali...!!”
“kamu
kenapa kagetin aku...! aku kira benaran. Padahal aku dan kamu kan udah di...
sama ayah dan ayahmu....”
“apa..??”
“ngak..,
hehehe..ngak ada apa-apa..?? jadi siapa sebenarna pak Bino itu.. ?”
“oh,
kamu tau kasus yang minggu lalu aku ceritain ? pak Bino adalah terdakwa yang
baru bebas dan sudah seminggu ini dia tinggal di rumah ku..” J
“apaaaaaaaaaa...
!!! tinggal dimana..?? dimana tadi..??”
“di
rumah kuuuuu...., dia tinggal di rumah ku, pil...!!”
“kenapa..??”
“bukan
urusanmu, kamu sibuk kan silahkan kerjakan pekerjaanmu lagi, pil..!!”
“aku
permisi pulang duluan ya,, aku ngak dapat kasus hari ini kan.., dadadadah” J
“tunggu..,
Tu-Tunggu dulu kikiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii sayangku..??!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan kata yang bijaksana