Selasa, 08 November 2016

LERENG GUNUNG lanjutan 6

lanjutan cerita “lereng Gunung” ada disini selamat membaca J


LERENG GUNUNG

Lanjutan 6

Kiki sedang asik memeriksa satu demi satu map yang berisikan kasus-kasus dari kejahatan kriminal yang ada di rak-rakperpustakaan kantor pengacara nya.

“huh, Pil. Benar-benar pelit sekali. Aku selalu di tugaskan di bagian perpustakaan ini. tidak sekali pun sejak aku di terima di kantor ini aku dapat kasus yang benar-benar tindakan kejahatan kriminal seperti yang ada di daftar kasus ini. semua yang jadi klein ku hanya tentang kasus perceraian saja, sampai –sampai aku jadi bosan dengan yang namanya perceraian ini.. huh..?!”

“kapan sih Pill..?? aku dapat kasus kriminal seperti kasus di lereng gunung ini contohnya ??!”
“he..??! apa ini ?!”

Kiki terkejut dengan judul sebuah kasus yang baru ia lihat..

“kasus lereng gunung ??”

Kiki pun membacanya dengan teliti setiap laporan yang dIberitakan dalam laporan tersebut. Dan pelaku kejahatanpun dituntut penjara.

“kasus ini, sepertinya dulu paman ku pernah disibuk kan oleh sebuah kasus yang banyak membicarakan tentang gunung, ohhh.. tunggu dulu?? Hah, benar pengacaranya dulu adalah paman. Nama paman ada didalam laporan ini”

“ini adalah kasus 18 tahun yang lalu, dan paman jadi pengacara tersangka. Namun paman gagal dan tersangka di jatuhi hukuman 18 tahun, dan ohhhh...!! hari ini adalah masa terakhir hukumannya jadi besok terdakwa di bebaskan..!!”

“aku jadi penasaran terdakwa ini seperti apa, dan setelah keluar apa yang akan dilakukannya yah.., paman sampai tidak bisa memecahkan kasusnya seperti ini...??! kenapa aku jadi tertarik dengan kasus yang ada di berkas ini ya.., seolah-olah kasus ini belum lengkap dan ceritanya belum terselesaikan begini..??!”
“hmmm,, aku akan tunjukkan ini semua kepada Pil..??!!”

Kikipun berlari meninggalkan tumpukan berkas kasus yang lainnya dan berlari membawa kasus tentang lereng gunung tersebut ke ruangan bos nya.

“Pil......!!”
“ya ampun..?! sudah ku katakan kalau di sini panggil aku dengan sebutan bos, Kiki..!!”
“apa salahnya sih, aku kan hanya sendiri yang berada di ruanganmu, apa salahnya, Pil..!! lagian kamukan Cuma tua satu bulan dariku. Jadinya ngak apa lah..?!!”

“ya, kita hanya beda satu bulan aku tetap lah bos nya disini, jadi..”
“ayolah,,, kamu ini gimana sih..!! aku sudah terbiasa memanggilmu begitu, lagian paman Bian dari dulu menyuruhku mengatakannya ya kan..?!”
“kmu selalu saja membawa-bawa nama ayah ku..!!”
“ngak apa kan, paman Bian kan teman dari ayahku, jadi kita sudah seperti saudarakan..??!”
“ya, terserah apa katamu sajalah, Kiki ku sayang..!!”

“ih..ih.., apaan sih pakai kata sayang-sayangan,,, heee..”
“kenapa, ayahku yang menyuruhku mengatakan itu padaku. Aku harus memanggilmu begitu,,”
“kenapa harus begitu...??”
“mana ku tahu..??, tanyain aja pada ayahku sana..??”

“huh, dasar kamu.. heh Pil,..??!”
“hah, jadi ada apa ??”
“nih, aku lagi meriksa berkas kasus dan aku jumpai ini kasus loh.., tentang kasus lereng gunung yang saat waktu kita kecil paman dan ayahku sibuk ngomongin nih kasus kan..??!”

“mana coba lihat..?! seperti nya begitu . lalu kenapa dengan kasus itu ??”
“besok adalah hari kebebasan dari nih terdakwa, aku mau melihat dan menyambut ia keluar dari penjara. Terus sepertinya kasus ini belum berakhir deh.., entah kenapa aku merasa masih belum lengkap nih laporan dan ada yang masih membuatku penasaran, di bagian ini nih..!!”
“Kiki, sudah lah. Kasus nya sudah selesai kok dan terdakwa sudah dijatuhi hukuman kenapa kamu mau membahasnya lagi sih..?!”
“bukannya gitu, sepetinya terdakwa disini tidak bersalah dan tidak ia yang melakukan semua hal itu..”
“namun ia sudah merasakan hukumannya sekarang, dan ia menjalani. Semua bukti saat itu mengarah kepadanya dan dia tidak dapat mengelak lagi loh, Kiki..??”
“tapi, Pil.. aku merasa bahwa..”
“Kiki, sudah lah.  Kalau ada kasus yang dapat kamu tanggani pasti nanti akan ku berikan padamu, jadi sekarang bersabar aja dulu ya...”

‘apa sih maksudmu, aku bukannya...”
“Kiki, aku masih banyak pekerjaan lain... jadi ?”
“baik-baik, aku akan pergi ketempat lain dan besok aku pasti akan menyambut kebebasan terdakwa !!”
“apa ...!!?”

Keesokan harinya, Kiki benar-benar menjadi orang yang menyambut kebebasan dari terdakwa Bino. Bino kini telah menjadi laki-laki tua yang akan hidup sendirian.

Bino kembali untuk pertama kalinya ke rumah lamanya yang tidak pernah ia tinggali selama 18 tahun masa tahanannya. Tempat Bino tinggal adalah apartemen lima lantai, namun karenatempat itu disewakan otomatis kepemilikan sekarang bukanlah milik Bino. Sekarang ia tidak memiliki tempat tinggal lagi. Dan kejauhan kiki melihatnya.

“jadi dia Bino yang jadi terdakwa dalam kasusu lereng gunung itu, aku ngak nyangka ia yang membunuh orang-orang yang ada di dekat lereng gunung kemudian membunuh kekasihnya dan pacar dari wanita yang ia cintai”
“kanapa ia bisa melakukan hal itu ya.., aku akan bertanya langsung kepadanya saja..”
“permisi..., pak ?!”

Bino menoleh ke belakang dan kemudian memperlihatakan wajah yang lesu dan tak punya tatapan kehidupan lagi.

“ada apa..?”
“apa kah anda pak Bino ?? apa bapak tidak punya tempat tinggal setelah bebas dari penjara ??”
“hah, apa ??! siapa kamu..??”
“maaf kan saya pak, saya bukannya ingin mencampuri urusan bapak, ataupun menuduh bapak. Tapi apakah bapak mau bercerita dengan saya...”
“heh..?? apa?”

Dengan terang-terangan kiki berkata, ia akan menampung Bino untuk tinggal di rumahnya dengan syarat Bino harus menceritakan yang sesungguhnya tentag kasus yang ia lakukan.
Satu minggu setelahnya,..

“kiki..!! kamu terlambat lagi...!!”
“tolong aku kiki..? sekarang apa alasanmu..?”

“aku menolong kakek-kakek untuk menyebrang jalan yang ramai sekali pagi ini...??”
“apa alasan itu lagi..?? itu alasan yang sama kamu buat minggu lalu..”
“apa ! beda ya.., minggu lalu yang ku tolong itu nenek-nenek dan minggu ini adalah kakek-kakek. Mereka beda jenis kelamin tau..??!”

“haaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh...??, aku pusing ngomong sama kamu, ki..!!”
“kalau kamu pusing ya, ngak usah ngomong..”
“kiki...,, kiki sayangku besok kamu terlambat aja saja kalau begitu dan jangan pernah datang lebih awal ya...”
“hih.., kamu ngomongnya pakai sayang ogah lah aku..?!”

“sayang ! besok kamu telat ngak apa kok, kamu ngak akan aku kasih kasus yang baru aja masuk ke kantor pengacara kita ini. aku akan kasih kasus ini ke pak yuli aja..., hehehehe..?”
“apa, ada kasus..??! aku mau..”

“ngak akan..!!”
“tapi aku udah menantikannya, pil !!”
“karena keterlambatanmu ini.., ngak mungkin aku kasih kasus ke kamu, aku akan kasih ke pak yuli.. dan titik, mutlak..!!”

“jangan kasih ke pak yuli, ke aku aja...!!!”

Brrrrrr.....brrrrrrrrrrrrrrrr....

“he.., ada sms ?! dari pak Bino..!”
“pak Bino ?? siapa tuh.. klien ?”
“ngapa kamu nanyain hah, pak Bino tunangan aku weeee....!”

“TU-TUNANGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN...!!”
“becanda kali...!!”

“kamu kenapa kagetin aku...! aku kira benaran. Padahal aku dan kamu kan udah di... sama ayah dan ayahmu....”
“apa..??”
“ngak.., hehehe..ngak ada apa-apa..?? jadi siapa sebenarna pak Bino itu.. ?”

“oh, kamu tau kasus yang minggu lalu aku ceritain ? pak Bino adalah terdakwa yang baru bebas dan sudah seminggu ini dia tinggal di rumah ku..” J

“apaaaaaaaaaa... !!! tinggal dimana..?? dimana tadi..??”

“di rumah kuuuuu...., dia tinggal di rumah ku, pil...!!”
“kenapa..??”
“bukan urusanmu, kamu sibuk kan silahkan kerjakan pekerjaanmu lagi, pil..!!”

“aku permisi pulang duluan ya,, aku ngak dapat kasus hari ini kan.., dadadadah” J
“tunggu.., Tu-Tunggu dulu kikiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii sayangku..??!!”


BERSAMBUNG......
Lereng Gunung lanjutan 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan kata yang bijaksana