Laman

Sabtu, 01 Oktober 2016

KASIH ABADI


“tok...tok..tok”
“iya, tunggu sebentar ya..”

Pintu pun di buka

Abdi..?? ini kamu Abdi..??”
“ya, ibu. Ini anakmu Abdi !! Siapa lagi ??!”

Bu Minahpun memeluk anaknya erat-erat, dan sangat rindu atas ke pulangan anaknya dari perantauan.
“Abdi, apa sudah makan nak..?”
“kebetulan belum, bu”
“ia, kamu pasti lah laparkan sekarang. Nah ayo makan sekarang ayo..! ayo !”

Bu Minah dengan segera pergi ke dapur dan membuatkan teh hangat untuk anaknya.

“bu, sedang apa ?”
“ah, ya ! ibu buatkan teh hangat dulu ya..kamu belum bisa makan kalau teh hangatmu belum di buat, iya kan ?!”
“he.., tidak susah bu. tidak apa-apa. Tanpa teh hangatpun aku akan makan ya”
“ibu, duduk aja. Oh ya ini aku ada oleh-oleh untuk ibu dan Nisa”
“oh ya ? mana Nisa, bu ?”

Sambil menoleh kiri dan kanan Abdi mencari keberadan adiknya.

“kenapa kami cari di rumah, ngak akan ketemu. Sekarang masih jam 10:00 kan. Dia ya, ada di sekolah kan ??”
“oh ya, aku lupa bu”
“sudah lah, nanti adikmu itu kan akan balik pulang juga. Nah sekarang makan dulu”
“ya”

Abdi duduk di bangku meja makan, dan ibunya menyiapkan banyak sekali sambal dan semuanya adalah kesukan dari Abdi. Ibu nya baru kemarin mengabarinya untuk pulang karena rindu dan ternyata Abdi anaknya punpulang keesokan harinya. Abdi surat pergi merantau ke kota orang selama enam tahun lamanya dan baru dapat pulang sekarang ini. betapa tidak kaget dan bahagianya ibunya tersebut.

Bu Minah merasa prihatin melihat kondisi anaknya sekarang. Ia melihat anaknya Abdi sekarang tambah kurus saja dari ia awal berangkat dari rumah. Dan wajahnya pun agak sedikit pucat.

“Abdi, apa kamu sakit ?”
“he.., tidak bu. Abdi baik-baik aja. Cuma lapar kangen masakan ibu”
“kamu ini makanlah ya”
“enak, bu”

Mendengar jawaban anaknya, bu Minahpun tersenyum. Setelah menyelesaikan santapan Abdi pun menghabiskaan waktu dengan ibunya bercerita tentang kehidupannya di kota orang.

Abdi sudah menjadi kepala keluarganya, ayahnya meninggal karen sakit. Dan Abdi setelah menyelesaikan SMK ia pun ikut kerja salah satu temannya di kota orang. Dan setiap bulan hasil gajinya ia kirimkan untuk ibu dan adiknya. Sedangkan bu Minah semenjak di tinggal suaminya, ia membuka warung kecil-kecilan untuk tambahan biaya hidupnya daan biaya sekolah Nisa. Setiap sebulan sekali ia mengabari dan memcari tahu keadaan Abdi melalui media telpon. Abdi pun begitu adanya. Mereka terhubung melalui media telpon itu saja selama 6 tahun terakhir ini. namun sekarang Abdi dapat pulang. Namun ini benar-benar kabar yang mengejutkan sekali. Karena Abdi tidak memberitahu sebelumnya bila ia ingin pulang ke rumahnya.

“bagaimana pekerjaan mu, nak ?”
“aku tinggalin, bu. ngak apa kok aku udah dapat uang untuk biaya hidup kita. Jadi aku ingin sekarang untuk memberikannya pada ibu dan Nisa”
“lalu setelah itu kaamu maau kemana ? tetap lah disini ya..!! kamu pindah kerja saja. Cari kerjaan yang dekat dengn rrumah saja ya”

“jangan jauh seperti itu, ibu ngak bisa untuk menjengukmu kesana kan !”
“tidak apa-apa bu. aku juga mau pulang kok”

Bu Minah perlahan mulai meneteskan air matanya dan ia pun menanggis. Abdi beranjak dari duduknya dan memeluk tubuh ibu nya tersayang. Ia mengusap-usapkan punggu bu Minah dengan lembut,.
“bu, yang tabah ya.., sabar ya. Abdi akan pulang kok. Jadi jangan menangis ya.. !!”
“ibu harus tertawa dan bahagia, ya bu..!!”
“oh, ya bu aku dah bawa banyak sekali uang untuk kita. Hail selama ini aku kerja di kota orang bu. ibu bisa beli baju baru, perabotan baru, dan biaya untuk sekolah Nisa sampai kuliah”
“haa.., tapi bukannya. Uang gajimu selalu kamu kirim ke ibu semuanya. Jadi bagaimana..??”

“aku ngak kerja di satu tempat bu, Abdi kerja di beberapa tempat dan bos-bos Abdi orangnya baik-baik semuanya. Dan hasilnya Abdi dapat menggumpulkan uang sebanyak ini untuk kebutuhan ibu dan Nisa”
“jadi jangan sedih lagi ya.., ibu juga bisa dengan uang ini untuk membuka warung yang lebih besar dari warung ibu sekarang”
Bu Minah tambah menangis, namun ini merupakan tangisan bahagia. Bahwa anaknya yang ia sayang telah menjadi orang yang berhasil. Bu Minah sangat bersyukur dan bangga dengan Abdi.

“ibu bangga dan sayang padamu, nak”
“iya bu, anakmu ini tau itu. Ibu selalu sayang dan mendoakan anakmu ini. jadi boleh Abdi minta satu permintaan”
“apa ? apa itu..??”
“Abdi mau di peluk ibu dan ibu tersenyum bahagia”

“sini ibu peluk”
“hee., tapi bukan sekarang besok aja ya”
“oh ya bu, ini barang Abdi. Taruh di sini aja ya. Di dalamnya ada kunci dan kartu ATM, ibu simpan dulu ya”

“ya ya, kamu mau kemana”
“mau tidur di kamar, rasanya ngantuk sekali”
“oh.., ya udah tidurlah ya”
“ya.., Abdi pergi ya bu”
“ya”

Bu Minah pun membereskan tas anaknya itu dan menaruhnya di tempat yang aman. Dan bu Minah jadi terheran kenapa ngak dibawa langsung aja ke dalam kamar Abdi. Kenapa dia menaruhnya diatas kursi aja.

Bu Minah pun membawa tas tersebut ke kamar Abdi. Dan ketika bu Minah masuk Abdi tidak ada di manapun dalam kamar tersebut.

“heh..!! Abdi ??”
“kemana dia ? bukannya dia ke kamar mau tidur tadi ??”
“Abdi ?? Abdi..??”

Dan ketika bu Minah sedang ke heranan dan binggung kemana anaknya pergi. Nisa datang dengan nafas terenggah-enggah.

“ibu..ibuuu..!!”
“Nisa kamu sudah pulang ??”
“apa kamu sudah bertemu dengan abang mu, Abdi..?? tadi dia pulang terus setelah makan dia mau pergi tidur. Ps ibu lihat ke kamar dia tidak ada.. ?? apa dia duduk di luar ??”
“ibuuu, apa yang ibu katakan..??”

Nisa mulai mengeluarkan air matanya dan menanggis terisak-isak.

“bu.., tadi pihak sekolah manggil Nisa ke kantor, terusss..”
“ada apa ??”
“terus, mereka bilang ada kabar dari bang Abdi, bu..!! bang Abdi , bu !!”
“ada apa ??”
“bang Abdi, meninggal dalam kecelakaan saat bekerja, bu !!”

“saat abang dalam perjalanan di bawa ke rumah sakit. Abang udah ngak ada bu.., bu..!! abang bu...!!”
“abang meninggal, bu !!”
“apa kamu bilang, Nisa. Barusan tadi abang mu disini. Dia pulang kerumah dan kamu masih di sekolah tadi. Dari mana sekolah tahu.”
“abang kan yang bayar uang sekolah, bu. jadi mereka punya nomor kontak abang bu !!”

Kemudia telpon rumah bu Minah berbunyi, bu Minah perlahan mendekati meja. Mencoba menenangkan diri dan mencoba mengeakkan semua kejadiaan yaang ada ini. ia tidak percaya, karena anaknya barusan bersmanya, makan di hadapannya dan mengobrol banyak dengannya. Tidak mungkin anaknya. Tas yang ia bawa masih dapat ia genggam dengan tanggannya.
Bu Minah mengangkat telponnya

“ya, saya bu Minah ini siapa ya ?”
“maaf bu, saya manajer dari saudara Abdi pambudi, bu. saya ingin memberikan kabar duka. Maaf kan saya terlebih dahulu bu. anak ibu yang bernama Abdi pambudi mengalami kecelakaan saat bekerja bu dan tidak tertolong. Saat kami membawanya ke ruma-...”

Belum selesai manajer itu berbicara, bu Minah menjatuhkan telponnya. Melihat ibunya terkejut, Nisa mengambil telpon itu dan mendengarkan lanjutannya.

“bu.., sudah bu.. kita yang sabar bu. abang pasti sedih bila ibu menanggis”
“Nisa, ibu sungguh bertemu dengan abangmu tadi, tadi dia ke rumah, Nisa”
“bu, mungkin itu pertanda bu, mngkin ia memang datang ke rumah dan mengucapkan perpisahan dengan ibu”
“bu, kita doa kan semoga abang diterima di sisi-Nya dan bahagia”

Setelah itu, keesokkan harinya jasab Abdi di bawa pulang ke kampung kelahirannya. Dan ia pun di makamkan. Manajer perusahaan tempat Abdi bekerjapun datang turut berduka cita atas apa yang menimpa bawahannya dan memberikan santuan dan gaji Abdi yang belum ia ambil.

Kemudian salah seorang dari pegawai perusahaan datang menghampiri bu Minah dan Nisa, ia memberikan barang-barang milik Abdi. Dimana barang-barang milik Abdi terdapat buku catatan, tentang semua apa yang ia lakukan selama di kora orang. Dan tentang rencana Abdi untuk membelikan ibunya baju baru, perabotan baju dan juga biaya sekolah Nisa sampai kuliah. Dan dari semua ini, bu Minah juga mendapati jumlah tabungan Abdi yang dapat memenuhi semua rencananya itu. Semuanya sudah terencana dengan baik.

Bu Minah jadi teringat permintaan Abdi saat itu, ia pun sebelum Abdi di kuburkan ia pun memeluk anaknya untuk terakhir kalinya dan berusaha untuk tersenyum.

“baik, baiklah nak.. ibu ikhlas. Ibu iklhas kamu pergi, terimakasih untuk semuanya. Ibu bangga dan sayang padamu”


End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan kata yang bijaksana