Sabtu, 08 November 2014

cerita anak urang "9" (bagian kedua)

assalamualaikum,,
hmmmmm...... salam pembuka bagi pembaca sekalian moga kalian dalam keadaan baik-baik saja (sehat) rohani dan fisiknya, dan lancar dalam melaaksanakan aktihitas hariannya. pembaca sekalian ini adalah lanjutan postingan yang sebelumnya jadi langsung saja dan silahkan membaca ya, dan terimakasih telaah mampir ke sini.

Bagian ke-2 
 
vio sedang berjalan sendiri menuju tempat parkiran motornya berada, ia ingin mengambil motornya yang terparkir di samping motor punnya triswi. Dengan menatap sedikit kekendaraan itu dan perlahan mengatakan “kau yang menghilangkannya..”, lalu ia memundurkan motornya dan bersedia untuk pergi dari tempat itu, namun triswi ada di hadapannya.. dengan terbata-bata..

“vio.., sudah mau pulang ya...??”
....
 “vio, aku..”
....
“aku minta maaf atas semua yang kulakukan padamu, aku banyak bersalah padamu vio, mohon maafkan aku..aku..”
....
“vionesaaa..., tolong maafkan aku ya, aku telah jahat padamu, teman-temanku juga mohon maaf kan kami semua ya, vio..?? aku benar-benar menyesal atas semuanya..??”
....
“vio, kenapa kamu tidak menjawabnya..??”
“apa.., apa yang ingin ku jawab, menerima maaf mu itu...??”

“vio..”
“kamu telah mengambil sesuatu yang berharga bagiku dan menghancurkannya...!! lalu maaf..”
“aku akan mengantinya.., akan ku ganti dan lebih banyak..”

“mengantinya.. hee.!!, MANA BISA KAMU MENGANTIKANNYA KAMU TIDAK BISA.., ITU SATU SATUNYA TAU..!!”
“satu satunya..??”

“FOTO ITU ADALAH SATU SATUNYA YANG TERAKHIR YANG KU MILIKI, TIDAK ADA FOTO YANG LAIN LAGI..”
“foto..foto apa ??”

“sebuah foto yang kalian rusakkan, angka itu tidak begitu aku pikirkan, tapi foto itu..foto itu...KALIAN MERUSAKKAN NYAA....AKU TIDAK TERIMAA..!!”

Degan kencangnya vio memacu kendaraannya dan pergi dari tempat itu, yang meninggalkan triswi sendirian dan termenung kembali, karena amarahnya yang tidak reda- reda ia terus dengan kencangnya memacu kendaraannya dan tidak melihat ada seekor kucing yang melintas, namun bukan kucing sembarangan kucing itu dengan sengaja melintas agar vio melihat dan membantingkan setirnya kearah truk yang ada di depan vio, dan terjadilah kecelakaan itu.

Perlahan kesadaran vio memudar dan pudar, seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu berhamburan mendatangi vio yang tertabrak truk, kendarannya hancur dan ia terseret cukup jauh dari jalan. Rumah sakitpun di hubungi untuk mendatangkan mobil ambulance dan segera untuk menolong vio.

Di saat yang sama zenki sedang melintasi daerah tersebut dan melihat kecelakaan tersebut, ia menerobos kerumunan orang di sana dan penasaran dengan orang yang kecelakaan dan ia melihat vio.

“haa...,, nesa.!!” Teriak zenki, dengan kecemasannya itu.

Ambulanpun datang dengar segeranya dan membubarkan kerumunan tersebut, zenki pun ikut menaiki ambulan tersebut.

“maaf, kamu kenal anak ini..??”
“ia, saya kenal.., dia teman saya..”

Ambulanpun melaju dengan sirinenya dan dengan laju menuju rumah sakit. Setibanya di rumah sakit dengan bergegas semua perawat dan seorang dokter datang dan melihat dan membawa vio ke ruang gawat darurat.

Ternyata karena kejadian kecelakaan tersebut, vio harus secepatnya untuk di operasi dan pada saat itu, rumah sakit kehabisan stok darah yang di butuhkan oleh vio. Dan kebetulan tidak di sangka zenki memiliki golongan darah yang sama dengan vio. Jadi zenkilah penolong jiwa vionesa.

Vio seakan berada diawang-awang saat melakukan operasi, ia melihat sebuah tempat yang tidak asing baginya, yaitu tempat ketika ia kecil dulu semua keluarganya lengkap dan mereka ssangat bahagia, namun suatu waktu semuanya saatu persatu menghilang, menghilang dengan meninggaalkan vio seorang dan sendiri berdiri di sebuah tempat sunyi dengan cahaya yang menyilaukan matanya.

Vio berada di awang-awang, tidak tahu arahnya, ketika ia berjalan dan terus berjalan mengikuti cahaya itu dan dari belakang ada yang memanggil namanya dengan sebutan “nesa..nesa..”, vio berhenti melangkah dan menoleh kebelakang, seseorang berdiri di hadapannya namun wajahnya tidak kelihatan jelas oleh vio. Lalu ia tak sadarkan diri.

Setelah beberapa jam, operasi selesai dilaksanakan, vio dapat di selamatkan. Zenki merasa lega dan bahagia mendengarkannya. 

“syukurlah, nesa..”
Setelah dua hari pasca operasi, viobaru sadarkan diri.
“putih.., dimana ini..??” vio menatap langit-langit atap rumah sakit
“pagi nesa..?”
“hmm...” vio menoleh ke arah sumber suara itu, dan menemukan seseorang yang telah duduk di  sampingnya dengan senyuman penuh di wajahnya,

“bagaimana ? kabarmu baik rasanya..??”
“nesa..., apa itu ?”
“bukannya apa, tapi siapa...?, nesa itu adalah namamu kamu lupa, nesa..??”
“namaku nesa..??”

“haah, aku akan memanggil dokter, tunggu sebentar ya, nesa..?!” zenki pun pergi untuk memanggilkan dokter karena vio telah sadar.
“sepertinya dia amesia, !”
“amesia ??”

“lupa ingatan.., mungkin akibat dan dampak dari kecelakaan itu.., tapi kondisinya sudah membaik dari sebelumnya..”
“apaa ia bisa sembuh  dari amesianya, dokter..??”

“itu bisa saja.., sewaaktu-waktu ia mungkin dapat mengingatnya namun tidak tau kapan ia dapat mengingat semuanya kembali, jadi gaja dia baik-baik ya..!”
“baikla dokter..”

Dokter meninggalkan ruangan vio, zenki menoleh ke arah vio. Dan berkata :
“kamu dengar tadi nesa, kamu lupa ingatan..?, hmm.. berarti aku haarus memperkenalkan diriku lagi kepadamu dong.., hmm.. baiklah kalau begitu..?!”
“perkenalan diri..??”
 
“namamu adalah vionesa adya rhesa, ingat itu ya..!!, dan namaku adalah zenki tyioshi...”
“aku nesa, dan kamu..??”
“panggil aku zenki, oke..!!”

“zenki, baiklah... zenki..”

Vio bertanya kenapa ia bisa berada di rumah sakit, dan dimana keluarganya dimana ia tinggal dan sesuatu yang lainnya. Namun zenki ingin bercerita dari mana dulu, namun yang ia beritahu adalah.., 

“maaf, nesa.. aku tidak akan menceritakan nya sekaligus padamu ya, dan yang ingin ku katakan adalah lama tidak bertemu denganmu, nesa..?”

“hmm.., baiklah kurasa mungkin..”
“hmm.. haahaa...” Zenki tertawa mendengar jawaban vio (tapi sekarang kita panggil nesa saja ya ok ).


Keesokan harinya, nesa sudah di perbolehkan untuk pulang kembali ke rumahnya karena keadaannya sudah tidak apa-apa lagi walau ingatannya belum pulih hingga saat  ini, oleh karena itu zenki mengajak nesa untuk tinggal bersama utnuk sementara waktu apalagi ia lupa rumahnya di mana.

“hmm..ia aku tidak ingat, apakah aku tinggal sendiri, apakah keluarga ku tidak mencariku..?”

“maaf kan aku nesa, aku tidak tahu kejadian itu..., aku sungguh tidak tahu apakah mereka masih hidup atau pun tiada, karena terakhir kalinya aku bertemu kamu saat kita smp.., yang ku tahu saat itu bukan kah ada pertengkaran hebat karena aku tinggal di sebelah rumahmu dan seminggu kemudian kamu pindah...”

“hmm..jadi kamu tidak tahu..?,”
“maaf..”
“tidak apa-apa kok, terimakasih sudah menolongku ya..!”
“jadi kamu mau kan tinggal bersamaku untuk sementara waktu, ingatanmu pulih..??”
“tapi, apa aku tidak merepotkanmu..?”

“merepotkan, hmm.. tidak kok malahan pasti menyenangkan, karena adikku punya teman yang mau bermain dengannya...”

“hmm.., zenki punya adik..?”
“ia, cewek.. ia pasti sangat kagen kamu nesa..??”
“benarkah..!”
“hmm...”

Merekapun setelah mengurus berkas di rumah sakit, pulang menuju rumah zenki dengan taksi.., setelah sampai di rumah zenki sungguh nesa terkejut rumah zenki sungguh lah luas dan lapang sekali, tumbuhan hijau banyak terdapat di sana dan semua telah tertata dengan rapinya bunga-bunga yang penuh dengan warna, dan harumnya sungguh semerbak mewangi..

“waahh.., cantiknya.”
“ayo..,rica pasti sudah menunggu mu, aku telah menghubunginya taadi saat di taksi dan di sangat senang sekali mendengarkannya, ayo...!!”

“hmm.., ayo.. hmm, zenki apakah kita dulu sering bermain bersama..??”
“ya, tentu saja.., aku sering mengganggumu dengan menyembunyikan jepit rambutmu yang selalu kamu suka..”
“hmm.. aku suka ?”

“ia, kamu suka sekali dengan sebuah angka, yaitu sembilan..!”
“hmm.. sembilan, angka sembilan benarkaah aku menyukainya,??”

“ia, sakin sukanya seluruh mainanmu pasti ada pernak pernik sembilannya, aku juga heran kenapa kamu menyukainya..”

“apakah sampai sekarang aku menyukainya..?”
“aku tidk tahu, kita sudah lama tidak berjumpa dan aku tidak tahu itu.., mungkin saja itu masih namun kemarin angka itu tidak ada padamu..”

“tidak ada padaku.., apa aku sekarang tidak menyukainya lagi zenki..?”
“siapa yang tahu..”

Lalu mereka berduapun masuk kedalam rumah, dan nesa sudah di tunggu-tunggu oleh rica..dan langsung berteriak dengan kencangnya..

“kak..nesaaaa....!!!” rica memeluk nesa tiba-tiba
“hahaha...ia ia ada apa..?”

‘aku kangen, udah lama tidk berjumpa dan kakak kelihatan cantik saja..?!”
“hmm.., ah benarkah terimakasih ya, rica..”
“tapi, aku tetap lebih cantik dari pada kakak, jangan coba-coba menyanyingiku..!!”
“hmm..apa..!!”

“ahahaha..aku bercanda, kakak ku inin yang paling cantik..”

“hey, sudah rica.., antar kakak ke kamarnya ya.., oh iya mana deon..??”

“ha.., tidak tau dimana dia..?, ayo kak nesa kita ke kamarmu..”

Ricapun mengajak nesa ke kamarnya, dan disana sungguhlah sangat rapi dan bersih memang anak dari kolongmerat yang kaya, namun nesa tidaak melihat siapa pun selain zeni dan rica, dan kemana  kedua orang tua mereka, penasaran dalam hati nesa..

Dilain tempat triswi yang selalu di hantui oleh rasa bersalahnya bertambah sangatlah merasa bersalah dan amat sangat menyesal karena sudah beberapa hari ini vio tdak masuk ke kampus dan tidak ada kabar yang datang tentangnya, sungguh membuat triswi sangatlah hanyut dalam kesalahannya sendiri.

Dan untuk itu ia, mendatangi rumah vio, namun tidak ada hasil karena vio tidak berada disana..., ia pun berusaha untuk mencari vio dan menanyakan kabar vio dari temannya yang lain.

“jangan-jangan vio sakit, dan....”
“huuss..”
“habis aku juga ngak tahu dia dimana, ngak ada kabarnya..”

“mungkin aja dia berhenti, kamu sering mengoloknya sih..”

“aku...??” triswipun bergi dari temannya dan dalam hatinya ia berbicara

‘tidak semua.., semua gara-gara aku....aku.....vio.., dimana kamu sih...aku minta maaf..”

Di dalam rumah zenki, nesa merasa nyaman dan sungguh dalam hati seperti merindukan rumah ini. Makan malampun siap mereka semua turun yang ada di dalam rumah dan duduk bersama. 

Pelayanpun menyiapkan makanan yang sekarang sudah tersedia di meja makan, nesa, zenki, rica, pun duduk dibangku masing-masing dan terdengar langkah sesorang dari belakang pungung nesa, perasaan aneh tumbuh di hati nesa ketika mendengarkan suara orang tersebut.

“kak deon..!! ayo makan..”
“ya..., aku tidak tahu ternyata kita sedang ada tamu  ya, pantas makanannya banyak begini..”
“kak deon..!!”

Deonpun duduk di sebelah rica, nesa menoleh ke pada deon namun deon memalingkan wajahnya dari nesa, dan zenki memberi tahu kepada nesa, deon adalah adiknya yang pertama dan ia seumuran dengan nesa, walau kelihatannya ia lebih tinggi dari zenki.

Merekapun mulai makan bersama, disela makan zenki bertanya dari mana saja deon berada dan apa yang dilakukannya. Namun deon hanya diam saja dan meneruskan makannya, zenki menggulangi pertanyaannya kembali namun deon tetap saja lanjut makan dan tak menghiraukan kakaknya.

Lalu untuk yang ketiga kalinya zenki bertanya kepada deon, lalu dengan kesal deon menghempaskan sendoknya dan beranjak pergi dari meja makan dan berkata bahwa ia selesai makan. Dan pergi berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Nesa yang melihat semuanya hanya diam saja dan tidak ingin ikut campur, zenki meminta maaf karena sikap deon yang tidak sopan, apa lagi aada nesa di depannya. Setelah selesai makan nesa pergi ke kamarnya untuk siap-siap tidur dan zenki menemui deon yang berada di dalam kamarnya, dan sekali zenki membuka kamarnya sungguhlah berantakan sekali.

Dan zenki melihat sampah penuh dengan coretan tangga lagu, dan lirik-lirik lagu yang dibuat oleh deon dan gitarnya yang perlahan ia sembunyikan dibelakang punggungnya agar zenki tidak melihatnya.

Ternyata deon ingin menjadi seorang musisi, namun zenki ingin deon meneruskan jabatan dari zenki yang bekerja disebuah perusahaan kini. Namun deon menolaknya, dan ingin terus bermain gitar dan menjadi musisi yang terkenal dan dipuja banyak orang.

Tidak sengaja nesa mendengar percakapan mereka berdua ketika ingin mencoba menemui deon yang tadi tdak sempat ia berkenalan di ruang makan tadi, kadang nesa merasa kedatangannya jangan-jangan membuat keluarga ini berantakan pilikan negatif memenuhi kepala nesa, dan mudahan aja tidak kata nesa dan nesa ingin cepat-cepat ingatannya kembali seperti semula jadi ia dapat pulang kerumahnya sesgera mungkin. 

Tidak ingin menganggu mereka nesa pun turun kembali menuju  kamarnya.
Keesokan harinya nesa pergi bersama rica ke swalayan untuk membeli beberapa snack karena mereka ingin menonton film yang telah dipinjam rica dari temannya, merekapun pergi ke swalayan menggunakan sepeda motor dan rica yang digonceng. Ternyata nesa masih ingat caranya naik motor hehehehee....

Sesampai di depan swalayan, nesa memarkirkan motornya di parkiran dan tanpa sengaja menyandung triswi yang sedang berjalan dengan memegangi banyak belanjaannya di tangan, karena tak lihat jalan hampir saja triswi terjatuh namun di sambut oleh nesa, tanpa melihat wajah nesa, triswi menggucapkan terimakasih karena barang bawaannya banyak sekali.

Namun ketika ia mendengar suara nesa yang berlalu, triswi menoleh dan melihat nesa.
“vio.., itu vio..!!!??”

Namun nesa sudah masuk ke dalam swalayan, karena penasaran triswi ingin menunggu dan melihat vio keluar naamun handphonenya berdering, dan ia pun  segera pulang ke rumah nya dengan motor meticnya.

yup.. begitulah ceritanya di bagian kedua ini penulis dapat sampaikan, datanglah lagi kesini untuk menunggu kelanjutan ceritanya ya..

baiklah itu saja untuk hari ini dan terimakasih telah mampir, jangan lupa untuk mampir lagi ya ok ja....

terimakasih, thankyou, arigatou, sukron..... 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan kata yang bijaksana