Laman

Sabtu, 08 November 2014

cerita singkat ku !!


Para pembaca sekalian moga dalam keadaan sehat ya...
nah, ini adalah karya pertamaku yang ku masukkan moga pembaca suka :)
 
  AIR MATAMU

tetesan air yang terbecik ditanah, dedaunan bagai kan melody nan indah didengar namun membuat gadis kecil menangis akan bayangan mengingat saat kejadian dimana merenggut kedua orang tuanya, 
kini ia sendiri berdua dengan sang kakak…, sekarang kebahagian yang telah ia sarakan kini hilang hanya sepi yang mengarungi hatinya…
     Betapa hati gadis kecil yang baru beranjak umur 8 tahun yang membutuhkan kasih saying sebuah keluarga, namun skarang harus menjalani hidup dengan usaha sendiri…..
 “Hujan….”Sambil menengadahkan tangannya ke air yang bercucuran diatap,,, wajahnya berubah seakan dapat dapat merasakan suatu yang dapat membangkitkan dirinya, tak sadar kakinya melangkah kegenangan air hujan seluruh tubuhnya basah, 
     namun ia malah merasa kegirangan dan bernyanyi- nyanyi riang, ia hentakkan kakinya ke genangan iar, menampungkan air itu ketangannya begitu gembira hatinya seakan terlepas dari jeruji yang memenjarakan dirinya…
     Waktu berselang seorang anak laki-laki datang menghampiri dirinya, menarik lengan tangan si gadis keteras dan memberikan sehelai handuk “Ini… dias, cepat pakailah handuk ini ya… nanti kamu sakit lhoh..” sambil mengulurkan handuk.
    Dias adalah nama gadis kecil itu.. dias hanya tersipu malu, lalu karna hujan semakin deras dias menarik kembali lengan tangan randa dan mengajak untuk ikut bergabung..
”Kak randa…ayo kita main hujan…...hujan…….”
“dias nanti kamu bisa sakit..”
“ngak..! hujan …hujan… HUJAN TERIMAKASIH YA…”
“Dias kamu bilang apa ayo kita keteras, dias..!?”
     Tiba-tiba hentakan kaki dias terhenti raut wajahnya kini berubah muram kembali…perlahan dias kembali keteras, wajah yang riang surut entah kemana, menutup matanya yang sipit tangan yang tadinya kuat kini terkulai lemas, randa yang melihat terheran karnanya dengan refleknya tangan randa memegangi tubuh kecil  dias yang terkulai lemas tak dapat menahan tubuhnya lagi .
     Perlahan kesadaran dias hilang, pandangan menjadi gelap dan samar-samar , suara randa yang memanggil nya perlahan-lahan menghilang…
     Air hujan tetap turun dengan derasnya, menambah suasananya menjadi sangat meneganggangkan..
“ Dias… dias….”
     Suara seseorang yang lembut mengiang-ngiang ditelingannya, mata yang layu ia coba untuk perlahan lahan dias membuka kedua matanya…, walau samar-samar ia dapat melihat,
“Pelan-pelan saja ya…”
 Suara lembut itu lagi, dias membuka matanya dengan perlahan –lahan dan dapat melihat leluasa kembali.
     Lampu yang ada diatap membuat silau matanya, ia menadahkan kesamping ada randa
“ooh ia, dias main hujan (dalam hati dias),
“ Dias…., dias dah bangun ya..” dengan menebar senyum dias berkata “ iya..”
“kalau gitu dias harus banyak istirahat ya..”
“iya..” dias memandang randa
“ada apa dias..?”
“ maaf, terimakasi..”.( tersenyum)
*********
Hari berikutnya. Dias sudah ada dirumahnya dias hanya menatap kearah jendela yang ada sisampingnya saja.. tanpa henti-henti menatap seharian randa dating dengan sepiring bubur dan segelas  air ditangan nya, ia kasihan melihat dias yang terpaku diam menatap jendela seharian,
     Meletakkan piring dan segelas diatas meja yang ada disamping jendela,,
“Dias…, makan dulu ya..”
Dias menggelenmgkan kepalanya saja, dan terus menatap jendela.
“Dias…., makan ya.., biar dias ada tenaga nanti kita bias main sama-sama lagi,,”( randa membujuk dias)
Namun matanya dias tiba-tiba berbionar-binar dan meneteskan iar mata yang memnasahi pipinya, randapun bertanya,,
“Ada apa dias..??, kenapa dias diam saja ? kenapa dias menanggis?”, randa menolehkan wajah dias kearahnya, dan diaspun menutup wajahnya itu dengan tangan yang pucat menggigil,,,
“Dias..!” teriak randa
“IBU… IBU… IBU….”
Dias menanggis meraung-raung sambil berlari ke halaman rumahnya randa bergegas mengikuti adiknya itu.
“DIAS… DIAS..!!”
Randa berhasil menyusul adiknya, dan menangkap tubuh kecil dias , lalu randa memeluknya dengan penuh kasih saying, untuk dapat menenangkan hati adiknya tersayang itu,,
     Gelappun  datang bintangpun bertaburan dilangit, dan bulan tersenyum kepada mereka berdua, suasana haru menyelimuti malam itu,,, dias yang lelah tertidur lelap dipangkuan randa, sungguh hari yang melelahkan…
*********
“Klik..”
“Pintu sudah dikunci, dias ayo..”
     Randa ingin sekali dias dapat bermain dan bergembira lagi, maka iapun memutuskan untuk membawa dias pergi dari rumah yang mereka tempati sekarang ini,,
     Agar dias dapat melupakan dan menjadi lebih baik dari sebelumnya, namun hal itu menambah dias menjadi parah lagi,, dalam perjalanan menuju rumah yang baru dias meraung-raung kencang,,, meronta-ronta sampai randa kerepotan akibat adiknya itu,,, ia binggung apapun yang ia lakukan tidak dad berhasil untuk adiknya,,
maka untuk terakhir kalinya randa memutuskan untuk menitipkan dias dirumah adik ayahnya, tante sarah… dan randa akan pergi untuk mencari biaya untuk dias because, uang pun sudah menipis.
     “Assalamualaikum…”
     “Waalaikumusalam, randa ayo masuk-masuk..”
Tante sarah menerima mereka dengan baik, dan setelah berbicara tante sarahpun mengerti dan akan menjaga dias dengan baik seperti anaknya sendiri,,, lagi pula ka nada Irma anak tante sarah yang setahun dari umur dias yang dapat menjadi teman bermain dias,,
     Tante sarah seorang janda beranak satu, suaminya telah meninggal dunia karna kecelakaan lalulintas.
     Dias hanya duduk diam mendengarkan kesua orang dewasaitu berbincang,,tiba-tiba tante sarah memandangi dias dan mengelus elus kepala sang anak,,,
“Baiklah tante , randa pergi dulu ya.. randa titip dias…”
“Ia hati-hati ya randa..”sambil tersenyum
     Randa memandang dias dan berkata..
“ dias, abang mau pergi,,, dias tinggal disini ya.. sama tante sarah dan juga Irma ya..”
“Hmm.. abang mau kemana..? dias ikut..”
“Dias akan pergi mencari rezeki untuk dias, jagi satu tahun sekali abang akan pulang untuk menemui dias, karna itu dias baik-baik ya disini..”
“DIAS  MAU IKUT, DIAS MAU IKUT…!?”
Dengan menarik-narik lengan baju randa,” dias, bang randa sayang sama dias.. abang sudah tak tau mau bagaimana lagi, walau kita jauh dias masih bias telpon bang randa kan..?, jadi baik-baik ya..”
Denagn terisak –isak” abang cepat pulang ya…”
“oh ya.. tante ini ada uang untuk jajan dias ya tante”( randa menyodorkan sejumlah uang kepada tante)
“ tapi ongkos kamu randa..?”
“tenang te.. ada kok ya..”(terseyum)
     Randa pun pamit dan pergi, ia akan kembali sekali dalam setahun untuk melihat adiknya itu,,,
*********
Namun semua itu hanya membuat dias semakin kesepian,, entah apa yang sedang di rasakan dias didalam hatinya itu,, 
     Tante sarah memperlihatkan kamar untuk dias, bersama-sama dengan Irma anak dari tante sarah dan ardi suaminya yang sedang ada di luar kota.
     Dias pun masuk kedalam kamar meletakkan barang bawaan nya,, l;alu berjalan kearah jendala yang menghadap kearah jalan,,
“Assalamualaikum,, Irma pulang bu….”, Irma pun masuk kedalam rumahnya habis bermain dengan teman-temannya… ia tak melihat ibunya, irmapun memasuki kamarnya..
     Betapa kagetnya Irma siapa yang ditemuinya di kamar.. dias yang berdiri terpaku melihat keluar jendela, perlahan Irma mendekati dias yang hanya terdiam saja dari tadi..
  
“Dias…?” suara Irma dengan nada rendah,, dias tak menolehkan wajahnya kearah Irma yang sedang menyapa dirinya itu,,
     Irma pun memanggil nama dias untuk yang kedua kalinya, “Dias..?” tak ada sahutan sama sekali Irma pun menolehkan wajahnya kearah dias,,
“Hai.. apa kabarmu?? Kapan tiba…?”
“Dias…!?”
“Hmm…” dias mulai menoleh kearah Irma..
“Hai…., “ hanya kata itu yang terdengar, setelah itu dias diam lalu melangkah kan kaki nya ke tempat tidur dan perlahan membaringkan tubuhnya itu…
     Tak terasa waktu berlalu senja kinipun datang dengan sendirinya,, tante sarah sedang mempersiapkan makan malam,,,
Kumandang azan pun berbunyi,,, tante sarah memanggil Irma dan dias untuk sembahyang…
Namun tetap saja dias hanya termenung dan diam tanpa ekspresi,,,
     Tante sarahpun shalat dengan Irma, dias melihatnya saja dengan penuh perhatian seakan-akan terbanyang akan dirinya dan ibunya saat masih bersama dahulunya,,
     Mata dias melihatnya dengan penuh tatap… namun yang dilihat bukanlah ibunya melain kan tante sarah… lagi-lagi dias meneteskan iar matanya….
Selesai shalat dan selesai makan,, Irma menggikuti dias yang pergi menuju kamar,,,
“ Hai,, dias.. kenapa sih kamu seperti ini...?, dulu kamu adalah anak yang ceria kita sering bermain bersama-sama.. hmm.. gi mana kalau besok kita main..ya..?”
“Dias..?”, ya besok kita main kamu jangan sedih, kalau kamu sedih pasti mama dan ayahmu sedih juga kan melihat dirimu seperti ini jadi besok kita main ya..?”
Dengan nada tinggi tiba-tiba dias berteriak “KAMU TAU APA!”
     Mendengar nada dias tiba-tiba membentak dan marah, Irma pun meninggalkan dias untuk sendiri. “dias kanapa kamu menjadi seperti ini ??” pikir Irma dalam hatinya kenapa dias berubah ini bukan dias yang sebelumnya ia kenal, 
Irma tidak tau apa yang ingin ia lakukan agar dias kembali seperti dulu walau pun ia harus mendengar cerewet dias yang selalu membuat rebut,,, 
Sungguh Irma tidak mengerti, pamtas saja kakaknya sendiri sudah kewalahan melihat tingkahnya seperti itu,,
     Keesokan harinya, Irma dan ibunya diam-diam mengintip dias yang ada di kamarnya,, saat itu kamar dias penuh dengan lukisan sketsa wajah sang bundanya yang ia rindukan selama ini, sulit bagi dias untuk membenarkan kepergian kedua orang tuanya,, Namun Irma juga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh dias…
     Semakin lama dias semakin menjengkelkan sekali ulahnya sungguh kelewatan,, dan pada suatu saat tibe-tibe ia jatuh sakit dengan segera kak randapun datang dan membawa sang adik kerumah sakit…
     Dias sudah tak sadarkan dirinya,, dalam perjalanan kerumah sakit dias selalu memanggil ibu dan ayahnya,, “ ibuuu….ayahh..”
 lalu memeteskan ai matanya lagi, sungguh keadaan itu membuat kak randa gelisah dan tak tau apa yang akan terjadi,,
 
     “Diass,,, sayang kakak… jangan seperti ini ya sayang..”, kata randa dengan lemah lembutnya ia pun menggenggam tangan sang adiknya itu.
“Kakak dias kangen mama sama ayah,,”, “Dias ingin bertemu dengan mereka kak randa..!”,

dias.. sayang kak randa, ibu dan ayah udah meninggal saying… dias ikhlaskan ya…”
“kak..dias kangen..”
Randa hanya dapat mengenggam tangan adiknya itu, betapa ia sedih melihat adiknya amat rindu,namun apalah daya.. orang tua merka telah tiada.
Beberapa bulan kemudian, dias sudah dapat ikhlas dan menerima orang tuanya telah tiada. Kini dias sudah mau bersekolah sudah tersenyum kembali dengan manisnya..
   Randa sungguhlah bahagia, melihat adik kecilnya sudah kembali menemukan senyumannya kembali dengan harapan baru randa dan dias menjalani hidup baru yang akan penuh senyuman dan tawa.
#Jadi tersenyumlah
KERETA API
 
 
Ku terdiam dalam benakku bertanya dimana aku sekarang berada, yang ku lihat hanya lah orang yang lalu lalang dan melihatku dengan heran. Suara yang amat keras terdengar dari kejauhan ebuah kereta api bertenaga uap datang, orang yang lalu lalang itupun pergi satu persatu meninggalkan ku yang jatuh terduduk ditanah, seorang pemuda  menolong dan membimbingku ke sebuah tempat duduk sambil bertanya 
“mbak tidak apa-apa ?” tanyanya padaku 
Aku Cuma dapat menggelengkan kepalaku dan berkata “ terimakasih”, 
Lalu ia bertanya lagi “ mbak sedang menunggu seseorang ?”
“ia…”
“klau begitu hati-hati ya mbak ramai-ramai seperti in ada pencopet”
“ia.. terimakasih” 
Pemuda itupun pergi. “tuuut…tuut…” suara kereta yang menendakan ia akan berangkat kembali.
     Badanku sempoyongan, mungkin karna sebelumnya belum sempat untuk makan karna mengejarkereta adik ku akan tiba,, karna di buan ini bulan libur sekolah ia pun pulang.
    Selagi menunggu adikku, aku meihat penjual roti akupun mengambil beberapa bungkus roti dan memakan nya dengan lahap, hingga perutku pun kenyang, aku pun bermaksud untuk membayarnya dan bertanya 
“berapa semuanya mbak ?”
“sama air, Rp.6000,- saja.” Ku masukkan tangan kananku kedalam tas, meraba-raba dompet,”loh..mana kok ngak ada ?”
Disaku celana juga ngak ada atau aku menjatuhkannya atau jangan-jangan…”
“dompetku di curi oleh lelaki tadi…” pikir burukku.
“mana mbak uangnya?”
“aduh dompet saya sepertinya hilang  ada yang nyuri tadi mbak…?”
“terus gimana dong dagangan saya..???, mbak udah memakanna lhoh..”kata penjual kesal.
“ini dompetnya mbak..” tiba-tiba datang dari samping dan menyodorkan dompetku..
“wah..ini dompet saya kamu mencurinya ya..?!”
“maaf mbak kalau saya yang nyuri ngapain saya repot-repot menggembalikan nya kembali..”
“ia benar juga..!”
“ tadi terjatuh, saya melihatnya.. saya panggil mbak ngak dengar..!”jelas pemuda itu.
aaa.. maafkan saya terimakasihya..”
“ia.. sama-sama, mbak”
Aku pun mengeluarkan uang Rp.6.000,- dan memberikannya pada penjual roti.
  
 Beberapa menit kemudian, suara yang kukenal terdengar di telingga ku
“KAKAK….!!!”
Ku melihat kearah asal suara itu, ya.. itu adikku tersayang yang kutunggu tunggu, dan pemuda yang mengembalikan dompetku itu sudah pergi menghilang.
Aku pun pulang bersama adikku, beberapa menit dalam perjalanan akhirnya sampai deh..
*************
     Mentari menampakkan ajahnya kembali, ayampun berkokok membangunkan orang dari tidurnya seiring dengan azan mesjid dekat rumahku, sungguh besar nikmat anugrah yang maha mencipkatan. 
Hari-haripun dimulai kembali namun ada kabar duka yang dapat saat membuka pesan singkat di handphone ku tetulis nama salah seorang teman sekelasku saat di sma yang memberi kabar bahwa salah seorang ayah dari teman ku sma, meninggal dunia. 
Aku pun mulai menggetikkan huruf-huruf yang menjadi rangkaian kata bahwa aku juga ikut berduka atas kejadian itu.
      Pesan singkat lain datang dari teman dekatku namun bukan sahabat, bahwa ia juga ingin menggunjungi teman yang kemalangan. Kami pun berdua membuat janji untuk berkunjung kerumahnya, dan mencoba untuk menghiburnya agar ia tidak merasa sedih lagi.
     Dalam perjalanan pulang kami melintasi stasiun kereta api. Stasiun itu adalah jantung transportasi di dekat rumahku, ada juga yang lain namun jauh dari rumah, bila ingin kekota harus menggunakan kereta api.
Setelah sampai dirumah handphone ku tiba-tiba berdering dengan sigapnya ku angkat “ia..”, telpon itu dari pimpinan tempatku bekerja, dan ia mengatakan bahwa diriku dipindahkan kerja kekota, berat rasanya untuk pergi namun ada rasa yang mendukung.
     Dengan restu dan izin dari orang tua yang mengerti dan mendukung kupun melangkah pergi dengan membawa barang-barangku, namun tak perlu kawatir sekali seminggu aku akan pulang untuk mereka. Adikku datang malah aku yang akan pergi kataku dalam hati. Walau berat rasanya kalau mereka bahagia tak apa.
    Pukul 08:06 wib, keretaku belum juga tiba seharusnya ia sudah ada pukul 08:00 wib tepat, semua penumpang sudah tampak gelisah diwajah mereka karna kereta yang ditunggu belum jga tiba. Para penjual makanan semakin keras berteriak menjajakan makanannya, terasa kering tenggorokan ku ini menunggu kereta tiba.
Kuputuskan membeli sebotol minuman dingin, suara orang yang resah menunggu kereta sungguh memekak kan telingga, ku sumbat telinggaku dengan kain jilbab yang kukenakan “lumayan enak jadinya..”
Kususuri satu persatu orang-orang yang banyak itu demi mendpatkan sebotol air dingin,” hu…. Nikmat sekali rasanya air ini “ lalu membayar air ini.
    Ku lihat jam besar yang ada di dinding stasiun yang sudah berada disana sebelum ku lahir masih terlihat bagus dan indahnya, waktu menunjukkanpukul 08:14 wib “wah..terlambat betul nih kereta....”
Kata seorang wanita yanga da disampingku yang mencoba mengajakku untuk berbicara, mungkin ntuk menghlangkan suntuknya,
“saya kesini lagi nungguin anak saya.. karna hari liburan sekolah..!”
“ia buk..klau saya mau pergi ke kota..”
“ibuk kesini sendirian.??”
“ia.saya tinggal dengan suami saya dan anak saya sekolah di kota, suami saya lagi kerja membajak sawah jadi saya yang jemput habis memasak tadi..”
“jam segini ibuk sudah selesai masak, cepat ibuk masaknya ??”
“klau..tidak begitu, saat anak saya sampai dirumah dia malah kelaparan p-ula karna saya belum masakin..”
“Ooo..ia ya buk..”
    Kulihat dari ibuk ini, ia sepertinya amat merindukan anaknya, dalam sekali ia berkata matanya berkaca-kaca mengkin saat anaknya turun dari kereta ia kan langsung memeluk anaknya itu.
    Kupandangi jalur rel kereta datang, namun belum kulihat juga rangkaian besi tua itu, memang sudah tua entah berapa umurnya, namun besi tua itu lah yang kami tunggu-tunggu. 
Ibu yang disampingku terus saja bercerita tentang anaknya itu dan sesekali membicarakan tingkah laku suaminya yang belakangan ini mulai sakit-sakitan.
  Aku hanya bisa menganggukan kepala saja dan sesekali berkata iya, para penumpang yang sudah membeli tiket atau pun yang ingin menjemput seseorang atau keluarganya semakin resah dengan keterlambatan kereta yang begitu lama, ku pun menoleh kembali kearah jam besar di dinding tembok stasiun yang menunjukkan waktu sudah pukul 08:43 wib
“wah..ini sungguh keterlambatan yang sangat mengherankan sekali, biasanya hanya terlambar lima menit saja namun ini sudah empat puluh tiga menit” kataku dalam hati.
“jangan-jangan ada keceakaan..” kataku tanpa sadar
“kecelakaan dek..?”Tanya wanita disampingku
“ehee..blum tau juga buk, itu Cuma prasangka saya saja, mudahan aja tidak..”
Namun wanita yang disampingku tampak cemas, “ tenng ya buk itu Cuma prasangka buruk saya saja dan…..”
Belum selesai aku melanjutkan perkataan ku, kabar buruk itu benar-benar terjadi, petugas stasiun kereta member kabar informasi melalui mikrofon bahwa kecelakaan dipertenggahan antara stasiun tempatku berada dan kota, rel kereta api putus karna beberapa buah dari baut rel telah hilang…
    Seraya wanita disampingku ini berteriak memanggil anaknya “ ANAKKU…!”
Aku mencoba untuk menenangkan dirinya, mendengar informasi yang diberikan seluruh orang yang sedang menunggu keluarga atau pun kenalan nya berterikan dan panik semua..“papa..papaku dikereta..!!!”
“haaaaa…!!”, “keretanya kecelakaan..keretanya kecelakaan..!!”
Aku berusaha untuk menenangkan wanita yang sampingku ini, “buk.. sudah buk..!”
“anakku ada di kereta…!”
“mungkin anak ibuk ngak jadi naik..”
“ngak.. kemarin katanya akan berangkat hari ini dengan kereta itu..!!”
Kuberusaha terus untk tetap menenangkan wanita ini, namun ia tidak berhentinya histeris memanggil nama anaknya..” ADAM…adam anakku..!!”
Aku tidak tau lagi apa yang akan kulakuakan, tiba-tiba petugas stasiun memberi tahukan penggumuman bahwa sudah ada 38 orang yang dievakuasi dalam kecelakaan dan selebihnya belum dapat diketahui , tim penyelamat sedang berusaha untuk mengevakuasi seluruh penumpang kereta.
     Mendengar penggumuman itu, aku menggajak wanita itu untuk mendengarkan daftar nama penumpang yang uda dievakuasi, namun nama adam anak dari wanita ini belum ada. Ia bertambah panik karnanya ku juga ikutan panik.
   “ coba dihubungi saja.. mana tau ia tidak jadi berangkat hari ini” suara seorang pemuda dari belakangku..
“iya.. buk ada nomor anak ibuk yang dapat dihubungi..”
“ha.. iya..iaya ada..”
Wanita itupun dengan wajah penuh harapn mencari nomor telepon anaknya yang ia tulis diselembaran kertas, “ nah ini dia dek..”
Akupun mencoba untuk menghubunginya.., namun tidak masuk dan ku coba untuk yang dua kalinya.. “tuuut..tuuut…”
“ wah ini masuk bu..” “hallo ini siapa ?”
“ini adam, maaf ini siapa ya..?”
“benar ini adam..?”
“ia, ini siapa ya..?”

 segeraku berikan handphoneku kepada wanita, ibu adam yang kuhubungi ini..
“betapa gembiranya ia mendengar suara anaknya itu, “maaf buk, adam sama sekali belu kasi kabar! Adam kesiangan jadi ditunda nanti siang baru kesana buk..!, ibuk pasti capek nunggu adan di stasiun ya.. maaf ya buk…”
“tidak malah ibuk bersyukur.. kereta apinya kecelakaan pagi inij rel keretanya putus, untung lah kamu tidak ada didalamnya..”
    Melihat wanita itu senangahatikupun bahagia melihatnya, betapa bersyukurnya abuk itu anaknya tidak apa-apa, “syukurlah anak ibu itu tidak jadi berangkat “ kata pemuda yang ada dibelakangku, aku menoleh kebelakang..
“hei.. kamu..!, yang kemarinkan “ “ia.. “, “ terimakasi atas saranmu, aku sempat kebingungan juga..”,” ya.. sama-sama..”
   Bersyukur sekali wanita ini, karna hanya sedikit orang yang beruntung wanita ini, masih banyak orang yang histeris memanggil-manggil nama keluarga ataupun kenalannya. 
Akupun pulang karna kereta yang ingin kutumpangi kecelakaan ada rasa bahagia dalam hati karna aku ngak jadi pergi kekota dan dapat tetap dirumahku berkumpul bersama keluarga dan juga ada rasa yang amat sedih karna ikut merasakan kesedihan orang-orang yang jadi korban.
Aku pun pulang bersama wanita yang kini sudah lega anaknya tidak apa-apa dan pemuda yang membantuku dan memberiku saran yang bagus, namun sepertinya ia mengenaliku…??

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan kata yang bijaksana