Laman

Minggu, 19 Oktober 2014

cerita anak urang "9"

9
(ini hanya lah cerita karangan imajinasi belaka saja )

Ini adalah sesuatu yang mungkin tidak dapat di terima oleh akal, dan sesuatu yang sangat membinggungkan sekali bagiku dan orang lain anggap namun ini lah yang terjadi...
Ini berhubungan dengan apa ? aku tidak tahu juga, namun vio sangat menyukai sesuatu yang berhubungan dengan angka sembilan sakin sukanya dengan angka tersebut, ia mati-matian selalu mendapatkan nilai sembilan walaupun jawaban ujiannya adalah angka sempurna yaitu sepuluh, namun ia tidakkan mengambil kertas ujiannya bila angkanya tidak sembilan.


Koleksi bentuk yang satu ini sangat banyak di temukan di dalam kamarnya, angka sembilan yang banyak dan berwarna warni, sungguh anak yang aneh sekali, namun karena angka sembilan jugalah ia menemukan sesuatu yang beda dari yang lainnya selama ini. Sesuatu yang membuatnya kadang tidak menyukai angka sembilan, namun ia juga rindu akan angka sembilan itu, yang selama ini berusaha untuk mengikutinya. Apakah itu ??? silah kan di baca.. heheheee... J
Vio singkatnya dan vionesa adya rhesa panjangnya, itu adalah nama dari si gila angka sembilan tersebut. Entah kenapa ia paling suka dengan angka sembilan tersebut, menurutnya bentuk dan bilangannya merupakan sesuatu yang unik dari kebanyakkan angka lainnya, selain karena angka sembilan adalah angka kelahirannya. Tidak dapat dijelaskan kenapa ia menyukainya dan yang dapat diketahui adalah ia menyukainya. Sesuatu apakah ia terserah orangnya apakah ia menyukainya atau tidak kadang tidak perlu untuk mengetahui alasan dibalik itu semua lagi pula yang ia sukai bukan sesuatu yang berbahaya dan membuatnya berbahaya, vio hanya menyukai angka sembilan itu saja..

Pagi seperti biasanya, ia bergegas untuk menuju kampusnya dengan angka sembilan yang terus melekat di tas, kaos kakinya, gelangnya, jepit rambutnya yang penuh dengan atribut berbentuk sembilan. Sesampai di kelas teman-temannya menyambut vio dengan ucapan “ nah.. ini dia si gadis sembilan..!!!”
“hmmm...., memangnya ada yang salah dengan angka sembilan ya..??”
“ha.., tidak kok vio.., kami Cuma heran saja kenapa kamu selalu dengan angka sembilanmu ituu..??”
“ini yang ku sukai jadi ya udah...” “ aku tidak menganggumukan dengan angka sembilan milikku ini ?? ya kan triswi..??”
“hmm.., tidak sih tapi yang lain mungkin saja menganggap itu aneh, tau vio gadis sembilan..!!”
“aku tidak peduli...”



Vio pun duduk di bangkunya, dan dosen pun datang dan memulai pelajaran kelas mereka semuanya. Waktu istirahat triswi selalu menganggu vio dengan mengganggap vio aneh dengan angka sembilan nya yang penuh dan begitu ia sukai itu. Namun vio hanya mengganggapnya bagaikan angin lalu saja dan lanjutkan waktu istirahatnya dengan baik..,
Sepulang kampus dengan tergesa gesa berlari triswi menyenggol vio degan keras dan membuat vio terjatuh dan membuat jepit rambut atribut sembilannya terjatuh dan jatuh ke dalam sebuah selokan dengan hati kesal, vio bangun dari jatuhnya dan mencoba mengapai tangannya ke selokan jepit rambutnya terjatuh dan ingin mengambilnya, namun tiba-tiba triswi memegangi tangan vio dan menariknya menjauh dari selokan, dan menyeret vio menurutinya..
“hey..!!”
“ayo ikut akuu..!!”
“lepaskan tanganmu dari ku triswi..!!”
“ikut saja kamu..!!”
Dengan memngenggam tangan vio dengan kuat, triswi menyeret vio ke belakang sebuah rumah dan di sana sudah di tunggui oleh teman-temannya triswi yang lain kelas dari vio..,
“ohh.., jadi gadis ini yang membuatmu kesal tris..??”
“nah.., ini dia gadis angka sembilan itu..”
“ada apa,, tris..??” apa maksudmu huh..?!!”
“aku ingin memberi tahu kamu jangan macam-macam denganku dengan melawan..ingat!!”
“apa salahku padamu, aku rasa aku tidak bersalah padamu dan sebaiknya aku pergi dari kalian semua yang berani hanya mengeronyok orang saja..!!”
“apa katamu gadis sembilan..!!”
“aku ngak mau sudi dekat kalian mengerti kataku..!!
“wah.., benarinya dia terhadap kami triswi.., kami akan membantumu agar ia tidak ingat lagi akan angka kesukaannya itu lagi..”
“apa.. yang akan kalian lakukan hah..,, bisa nya hanya mengeroyok saja.. coba saja lakukan..!!”
“triswi.., temanmu benar-benar menjengkel kan ia..!!”


“ia.., karena itu aku menyeretnya kesini agar kita dapat memberikan nya pelajaran..”
Perkelahian pun terjadi, jambak rambut, tanparan-tanparan, dan cakar-cakaran yang tentu saja di menangkan oleh gengnya triswi.
“hah..rasakan ini gadis sembilan, kamu sangat menyukai angka sembilankan aku akan corret bajumu dengan sepidol angka sembilan semuanya sampai ke badan-badanmu, agar kamu malu dengan angka sembilanmu itu..”
Merasa teman-temannya sudah terlalu banyak mempermalukan vio, triswi pun meminta teman nya untuk berhenti dan kembali pulang kerumah dan meninggalkan vio yang duduk di tanah dengan bentuk acak-acakan dan berantakan semuanya, bajunya penuh coretan angka sembilan dengan spidol, rambut yang berantakan, isi tasnya yang berserakan dan seluruhnya berantakan.
vio duduk terdiam perlahan meneteskan air matanya mengalir dengantanpa suara tangis, tatapan matanya lurus kedepan dan menuju satu titik ada sebuah foto yang sobek dengan tidak berbntuk lagi, itu yang paling membuat vio sangat terpukul dan sangat terganggu..
Dengan tak hentinya ia pandangi robekan foto itu, foto yang sepertinya sangat dan sangat berharga bagi vio, dan vio mencoba untuk mengambil dan menggumpulkan sobekan-sobekan foto tersebut dan mencoba untuk menyatukannya kembali, perlahan ia membereskan buku-bukunya yang berserakan di tanah dan memasukkannya kembali kedalam tasnya dan bergegas pulang dengan tatapan hampa penuh kekesalan.
Setiba di rumahnya, vio melekan semuanya begitu saja di bawah lantai dan lansung menuju kamar mandi, dan membersihkan badannya, setelah selesai ia memeriksa buku-bukunya sebagian sudah sobek dan tak dapat di gunakan lagi, lalu ia juga memperbaiki sobekan foto tersebut dan menyatukannya kembali walau sudah tidak karuan lagi bentuknya untuk dilihat.
Dengan masih memandangi foto itu, air mata vio berjatuhan di atas foto tersebut dan perlahan ia membuka mulutnya dan berkata, “aku benci... aku benci..aku benci...angka sembilan ku, aku benci..”
Keesokan harinya, di kampus dengan santainya triswi duduk di bangkunya dengan tampang tidak bersalah dan merasa menang besar dan terkegut melihat vio,,
“heh.., gadis sembilan mana angka sembilanmu.. haaa..??!”
Triswi memerhatikan tidak ada satu pun bentuk angka sembilan yang selama ini vio kenakan, tidak ada satu pun dari atas hingga bawah dari diri vio, lalu dengan tatapan hampa vio menjawab perkataan triswi, 

“bukan kah kamu telah mencoretnya dan mengambilnya dariku dan serta telah membuang nya dari ku..”
“lalu apa sekarang yang kamu miliki selain angka sembilanmu itu..”
“tidak ada.., tidak ada apapun.., kamu telah membuangnya dariku angka semb.. ....”
“angka yang mungkin tidak akan ku sebut lagi, itu pun akan ku sebut ia bila ia telah  kembali padaku kembali angka itu..., ya angka itu yang kamu rebut dariku...”
Tatapan vio semakin dalam dan smakin dalam menatap triswi, yang masih memandanginya dengan sedikit gugup-gugup dan gemetar tangannya..,
“jadi kamu sekarang tidak memiliki angka itu..??”
“...”
Vio hanya terdiam dan duduk dibangkunya dengan menatap lurus kedepan, dosen pun masuk dan memulai pelajaran dan triswi memperhatikan terus dengan diam-diam perubahan yang terjadi pada vio setelah kejadian kemarin yang ia lakukan pada vio.
Perasaan bersalah mulai terlihat, ketika beberapa minggu kejadian tersebut nilai vio tidak pernah angka sembilan lagi malahan di bawah sembilan terus.., tidak pernah melewati sembilan itu...
“aapa.. yang terjadi pada vio, kami tidak membuatnya jadi gilakan..??”
Tanya bercanda teman-teman gengnya triswi, ketika menemui triswi di tempat kumpul-kumpul mereka semua..
“sepertinya ia begitu..”
“apa.., kita membuatya jagi gila itu maksudmu tris..??”
“ia berubah aneh sekali..??”
“hahahaha...hahahaha...”
“kenapa.. kalian tertaawa..??”

“hahaha..hahaha.., kalau dia gila kenapa masih kekampus haa..??”
“tidak, ia... ia sekaranng berubah menakutkan tatapannya itu membuatku takut..?!”
“takut..!! mungkin itu artinya kamu merasa bersalah padanya, walau ia tidak mengatakannya kamu memang yang bersalahkan..??hahahaha..”
“hey.., kalian yang melakukannya semua itu padanya..”
“atas perintah siapa??.. siapa yang ingin memberikan pelajaran pada gadis sembilan itu hemmm..!!”
“tapi..”
“ia triswi.., itu kamu, kamu yang mengatakan nya pada kami agar kami mengajarkannya sesuatu agar ia tidak macam-macam dan sok dihadapan kita dan terutaman dihadapan mu kan ..”
“tapi.. aku kan..”
“dia kan teman sekelasmu,,, ah sudah lah triswi sudah cukup..., bilang saja kamu takut...hahaha..”
“baik, itu benar sekarang aku yang takut padanya...”
‘jadi kamu benar-benar takut rupanya, di geng ini tidak ada kata takut ok..”
“tapi aku benar-benar takut melihat matanya itu, sungguh ia...”
“aaaaaahhhh,, sudah cukup tris, kalau begitu lebih baik kami mengeluarkan kamu dari geng ini dn jangan hubungi kami lagi ok...!!! cukup sudah pertemanan kita..”
Geng triswipun pergi meninggalkan triswi sendiri dengan perasaaan bersalah yang terus menghantuinya terus menerus itu.
Waktu perkuliahan selesai, diam-diam triswi memperhatikan langkah vio diam-diam, apa yang dilakukan vio dan benarkah ia tidak terobsesi lagi dengan angka sembilannya.
Diam-diam triswi meletakkan kertas yang berbentuk angka sembilan di atas motor vio agar vio mengambilnya, dan memang benar vio mengambilnya dan meremukkan kertas tersebut sebelum itu ia sobek dengan sangat kecilnya dan kemudian menerbangkannya dan berserakan sudah semuanya, betapa terkejutnya triswi bahwa vio benar-benar telah melupakan angka sembilan milikinya itu.
“apa yang telah ku lakukan padamu vio ?? maaf kan aku..” dalam hati triswi ia menyesal dan meminta maaf dan hampir meneteskan air matanya  itu.
Keesokan harinya lama-kelamaan vio semakin menjadi tidak karuan ia malah menjadi membenci angka sembilan yang selama ini ia suka, setiap melihat angka sembilan ia pasti akan menghancurkannya dan berkata “ hancurlah kamu dariku...”
Setiap malam hari triswi mimpi buruk dan buruk mengenai vio, yang di hantui rasa bersalahnya itu..

“vio.. maafkan aku, maafkan aku.., kembalilah seperti dirimu  yang dulu.., maafkan diriku ini yang membuatmu berubah.., vio maafkan aku...” triswi mengigau lalu ia pun terbangun dengan memanggil nama vio “vio maafkan akuuu...!!!” lalu tersandar di tembok kamarnya melihat jarum jam menunjukkan pukul 7.00 saatnya untuk pergi kekampus, namun ia merasa tidak enak badan karena memikirkan kesalahannya itu.
“aku harus meminta maaf langsung pada vio, harus..!!”
vio sedang berjalan sendiri menuju tempat parkiran motornya berada, ia ingin mengambil motornya yang terparkir di samping motor punnya triswi. Dengan menatap sedikit kekendaraan itu dan perlahan mengatakan “kau yang menghilangkannya..”, lalu ia memundurkan motornya dan bersedia untuk pergi dari tempat itu, namun triswi ada di hadapannya.. dengan terbata-bata..
“vio.., sudah mau pulang ya...??”
....
 “vio, aku..”
....
“aku minta maaf atas semua yang kulakukan padamu, aku banyak bersalah padamu vio, mohon maafkan aku..aku..”
....
“vionesaaa..., tolong maafkan aku ya, aku telah jahat padamu, teman-temanku juga mohon maaf kan kami semua ya, vio..?? aku benar-benar menyesal atas semuanya..??”
....

bersambung ke posting berikutnya....
terimakasih telah membaca bagimu yang membacanya.., mohon komentarnya yaa..untuk kelanjutan postingan ini
akhir kata saya ucapkan terimakasih